|
Perhitungan polarisasi
Momen dwikutub (dipole) pe dari molekul (atau
atom atau satua sel) yang terpolarisasi adalah hasil kali muatan Q dan jarak de
antara pusat muatan positif dan negatif:
Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah, dimana CH3Cl
mempunyai 26 elektron, masing-masing bermuatan 0,16X10-18 C. bila
medan listrik menimbulkan pergeseran rata-rata de = 0,01 nm antara
pusat muatan positif dan muatan negatif, momen dwikutub permolekul adalah
26x(0,16x10-18C)(10-11)m = 40 x 1030 C.m.
Polarisasi diukur dengan menjumlahkan momen dwikutub
persatuan volume “
P = åpe/V = åQde/V 9.2
Jadi bila terdapat 1020 molekul metil khlorida
permeter kubik, polarisasi CH3Cl sama dengan :
1024
(40x10-30 C.m)(1 m3) = 40x10-10 C/m2
Konstanta dielektrik
Medan listrik dapat menimbulkan polarisasi ionik dan
elektronik dan dapat mengerahkan molekul terpolarisasi secara permanen.
Sebaliknya, polarisasi menimbulkan peningkatan kerapatan muatan pada kapasitor
(kondensator). Hal ini dapat dibuktikan dengan memisahkan kedua pelat kapasitor
sejauh d dan diantara kedua pelat tadi terdapat tegangan E (gambar ). Medan
listrik x
adalah gradient tegangan :
x = E/d 9.3
Gambar 9.10. Rapat muatan
Bila ruang diantara pelat seperti gambar diatas kosong, rapat
muatan pada tiap pelat sebanding dengan x, dengan kosntanta perbandingan eo = 8,85x10-12 C/V.m.
Po = eox = (8,85 x 10-12C?V.m)
x 9.4
Jadi bila gradien tagngan = 1 V/m, maka pada elektroda
terdapat muatan sebesar 8,85x10-12 C/m2. Karena tiap elektron
dapat membawa muatan sebesar 0,16x10-18C, rapat elektron pada
elektroda adalah 55x106/m2. Gradien tegangan dalam
rangkaian listrik biasanya lebih tinggi, oleh karena itu rapat muatan jauh
lebih besar.
Bila diantara kapasitor pelat terdapat bahan, maka rapat
muatan pada pelat, seperti telah dijelaskan pada kulia terdahulu.
Polarisasi dapat juga diangap sebagai penambahan rapat
muatan yang berasal dari dielektrik seperti terlihat pada gambar dibawah.
Gambar 9.11. Rapat muatan terhadap
medan listrik
Dielektrik polimer
Konstanta dielektrik polimer berasal dari polarisasi
elektronik dan orientasi molekular. Telah diperlihatkan pada gambar terdahulu
dimanan konstanta dielektrik untuk frekuensi diatas 108 Hz kurang
dari 3,0 dan hanya ada polarisasi elektronik. Berikut ini dapat dilihat tabel
yang memperlihatkan konstanta dielektrik pada 20oC.
Tabel 9.5
Konstantan
dielektrik relatif (20oC)
Pada
gambar dibawah secara skematis memperlihatkan pengaruh polarisai pada konstanta
dielektrik relatif k sebagai fungsi daru frekuensi. Dibawah Tg,
pergerakan molekul tidak mempengaruhi konstanta dielektrik. Bila Tg
telah dilampaui, konstanta dielektrik akan meningkat seperti tampak pad gambar
tersebut Akan tetapi, pada temperatur yang lebih tinggi, tercatat penurunan dalam
konstanta dielektrik, karena agitasi termal yang kuat menghancurkan orientasi
dwikutub molekul.
Kurva
pada gambar 9.13 juga mengetengahkan suatu peristiwa lain. Tempratur jelas Tg
berubah tergantung pada frekuensi.
Gambar 9.12. Konstanta dielektrik relatif.
Gambar 9.13. Konstanta dielektrik
terhadap temperatur.
Bahan Piezoelektrik
Telah diketahui bahwa molekul tertentu memiliki dwikutub
permanen, yaitu molekul polar. Sejalan dengan itu, kristal tertentu memiliki
dwikutub listrik permanen karena pusat muatan positif dan negatif tidak
berimpit dengan sel satuan. Sel satuan tersebut telah terpolarisasi. Sebagai
contoh dapat dikemukakan BaTi)3, Struktur BaTiO3 diatas
120oC. Titik ini disebut titik Curie, dibawah temperatur 120oC
terjadi pergeseran ion-ion yang kecil akan tetapi penting. Ion Ti4+
tergeser sekitar 0,006 nm terhadap ion sudut Ba2+. Ion 22-
tergeser dalam arah berlawanan seperti terlihat pada gambar dibawah. Titik
pusat muatan positif dan pusat muatan negatif terpisah sejauh d, yaitu panjang
dwikutub.
BaTiO3 berubah dimensinya bila berada dalam
medan listrik karena muatan negatif akan tertarik kearah elektroda positif dan
muatan positif akan tertarik ke arah elektroda negatif, sehingga panjang
dwikutub d bertambah besar.
Ini berarti bahwa bahwa momen dwikutub Qd dan polarisasi
p = åQd persatuan volume.
Efek beruntun tersebut diatas dapat digunakan untuk
mengubah energi mekanik menjadi enersi listrik, demikian pula sebaliknya. Dari
gambar 9.14(a) untuk menjelaskan gejala
ini. Pengarahan momen dwikutub dari sel-sel satuan menghasilkan polarisasi,
yaitu muatan positif terhimpun pada salah satu sisi kristal dan muatan negatif
berhimpun pada ujung lainnya.
Perhatikan dua alternatif seperti terlihat pada gambar b
dan d. (1) tekanlah kristal dengan tegangan s. Akan terjadi regangan e, besar e
tergantung pada modulus elastisitas. Regangan ini merubah panjang dwikutub d
dan secara langsung mempengaruhi polarisai, karena Q dan V tetap konstan.
Gambar 9.14
BaTiO3 Tetragonal
Bila
pilarisasi kecil, terdapat kelebihan muatan pada kedua ujung krital. Bila kedua
ujung diisolasi, terjadilah perbedaan tegangan (b). Bila ada hubungan listrik, elektron akan mengalir dari
ujung yang satu keujung lainnya (c). (2) Pada gambar (d) tidak ada tekanan,
pada kedua ujung terdapat tegangan (volt) yang meningkatkan rapat muatan pada
kedua ujung.
Muatan negatif dalam BaTiO3 tertarik kesatu
pihak dan muatan positif tertarik keujung lainnya, sehingga tidak hanya panjang
kutub d yang berubah akan tetapi dimensi kristal berubah pula.
Kedua keadaan ini menunjukkan bahwa gaya mekanik dan
dimensi dapat diganti oleh muatan listrik dan/atau tegangan. Alat dengan
kemampuan seperti ini disebut transducer. Bahan dengan karakteristik tersebut
diatas disebut piezoelektrik (berasal dari tekanan listrik). Kristal jenis
BaTiO3 digunakan sebagai alat pengukur tekanan, untuk kartrid
gramofon keramik, dan untuk pembangkit bunyi berfrekuensi tinngi.
Kristal kuarsa (SiO2) juga bersifat
piezoelektrik namun biasanya digunakan untuk yaitu rangkaian jam dan rangkaian
kontrol untuk untuk siaran radio.
Bahan optik
Bahan untuk.
Keperluan optik umum berfungsi meneruskan cahaya. Kadang-kadang perlu
meneruskan cahaya secara selektif atau bertindak sebagai filter. Pemamfaatan
bahan bahan yang paling sering, adalah sebagai kaca bangunan atau jendela
mobil, persyaratan optik yang harus dipenuhi adalah kemampuan transmissi tanpa
distorsi. Hal ini dapat dipenuhi bila permukaan datar yang sejajar serta tanpa
cacat dalam. Untuk pemamfaatan khusus, bahan harus dapat menyaring radiasi
infra merah atau ultraviolet.
Lensa optik harus dapat membiaskan cahaya sepanjang jalur
optik tertentu. Pada lensa kacamata, pembiasan diatur dengan mengosok permukaan
sesuai dengan lengkungan tertentu. Indeks refraksi, yang merupakan sifat bahan,
adalah faktor kedua yang harus diperhatikan pada spesifikasi lensa dan harus
diperhitugkan dalam semua sistem optik.
Serat optik untuk saluran komunikasi merupakan inovasi
baru. Jelas bahwa serat harus mempunyai daya absorpsi cahaya mendekati nol.
Selain itu, indeks bias juga merupakan faktor.
Optik laser adalah penerapan teknologi tinggi dari cahaya
yang mendorong perkembangan bahan mutahir.
Indeks bias
Indeks bias n suatau
bahan adalah rasio kecepatan cahaya, v, dalam vakum dengan kecepatan dalam
bahan. Indeks dihitung dengan Hukum Snell, yang mengkaitkan sudut jatuh dan
sudut bias sebagai berikut :
Berkas cahaya dapat dibiaskan adalam berbagai arah.
Namun, bila f2
melampaui nilai kristal tertentu (yaitu f1),
berkas dipantulkan didalam cahaya.
Gambar 9.16. Pembiasan
Indeks bias tergantung
pada frekuensi. Sebaran indeks bias antara biru dan merah disebut dispersi.
Makin pendek panjang gelombang, makin besar indeks bias. Hal ini penting untuk
disain sistem lensa, disini semua warnah harus memiliki bidang fokus yang sama.
Pada tabel berikut dapat dilihat indeks bias dan dispersi
beberapa bahan tertentu.
Tabel
9.6
Indeks
bias
Indeks
bias berkaitan pula dengan polarisasi, Polarisasi elektronik dapat terjadi pada
frekuensi 1015Hz, hubungan antara indeks n dan konstanta dielektrik
elektronik dapat dilihat pada persamaan berikut :
9.6
Dalam bahan gelas dan kubik, polarisasi elektronik pada
semua arah sama. Bahan bukan kubik, memiliki polarisasi elektronik yang berbeda
dengan perubahan arah getaran cahaya. Jadi, indeks bias bersifat anisotropik.
Sebagai contoh, pada kalsit (CaCO3), ion (CO3)2-
memiliki orientasi sedenikian rupa sehingga empat buah atomnya terletak pada
bidang (0001) yang sama dari kristal heksagonal.
Gambar 9.17. Anisotropi optik (CaCO3).
Absorpsi
Bagian yang kasat mata dari spektrum elektromagnetik
berada sekitar 5x1014 Hz. Daerah ini berada dibawah batas polarisasi normal dan daias limit
polarisasi ionik. Oleh karena itu,
bahan ionik dan kovalen sederhana biasanya transparan, karena kehilangan energi
yang berkaitan dengan selisi fasa tidak ada.
Penyesuaian yang yang terjadi disebabkan disebabkan oleh
cacat-cacat dalam bahan.
Warnah bahan timbul karena absorpsi parsial dari cahaya
putih dan hasil transmissi selektif cahaya. Kini akan dibahas beberapa
mekanisme absorpsi cahaya dan bahan yang seharusnya bersifat transparan-pusat
warnah.
Serat optik
Pada perkembangan yang terakhir, pemakaian serat optik
(optic fibre) sebagai saluran transmissi komunikasi jarak jauh lebih
menguntungkan, jika dibandingkan dengan transmissi konvensional antara lain :
saluran 2 kawat sejajar, kabel koaksial.
Beberapa keuntungan
tersebut antara lain : dimensinya kecil dan ringan, bebas dari inteferensi
elektromagnetis, tidak ada bahaya loncatan bunga api, tidak mungkin terjadi
gangguan hubung singkat, kemungkinan terjadintya percakapan silang sangat
kecil, umumnya tahan terhadap pengaruh kimia dan suhu sehingga cocok dengan
kondisi daerah tropis.
Sistim komunikasi yang menggunakan transmissi serat optik
harus mengubah sinyal-sinyal listrik menjadi sibyal cahaya pada sisi pengirim
dan kemudian merubah sinyal cahaya menjadi listrik pada sisi penerima.
Sebuah serat optik umunya terdiri dari : inti, pelapis,
penguat dan pembungkus luar.
Saluran transmissi serat optik dapat dilewati oleh satu
atau lebih ragam gelombang optik. Berdasarkan jumlah ragam gelombang yang
merambat padanya, serat optik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : serat optik
ragam jamak (multi mode optic fibre) dan serat optik ragam tunggal (single mode
optik fibre).
Disamping itu serat optik dapat pula dibedakan menurut
susunan atau profil indeks biasnya yaitu : serat optik yang intinya mempunyai
indeks bias homogen yang disebut dengan serat dengan indeks bertingkat dan
serat optik yang intinya mempunyai indeks bias campuran sehingga indeks biasnya
merupakan adalah campuran.
Berdasarkan konstruksinya, serta optik dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
- Serat optik berbentuk
batang dielektrik
- Serat optik
dengan inti yang mempunyai lapisan tunggal
- Serat optik
inti yang mempunyai lapisan ganda.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sistim
komunikasi saluran ganda modulasi cahaya yang baru memerlukan serat optik yang
dapat meneruskan cahaya melalui jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu
komposisi, struktur dan pemrosesan serat gelas. Serat harus bebas oksida yang
menyerap cahaya khususnya, semua oksida logam transisi seperti FeO. Kita
tergantung pada refleksi internal total sehingga cahaya seluruhnya tetap berada
dalam pemandu gelombang optik.
Sebetulnya hal ini sangat sederhana, karena besar sudut
kritis dapat dihitung dari indeks biasa seperti pada rumus didepan. Akan
tetapi, belokan tajam serat dapat menimbulkan kebocoran yang lebih penting,
cacat permukaan, tidak boleh ada, karena dapat menimbulkan hamburan cahaya
dengan sendirinya, setiap penanganan serat dapat menimbulkan cacat. Pengaruh
cacat dapat ditiadakan bila gelas transmissi cahaya dilapisi dengan gelas yang
mempunyai indeks gelas yang tinggi dan pipa gelas dengan indeks yang rendah.
Pada gambar dibawah dapat dilihat gelas yang masih panas ditarik menjadi
filamen komposit.
Gambar 9.19. Pemandu gelombang otik
(serat ganda)
Laser
Laser
( Light Amplification Simulated Emission of Radiation) merupakan sumber cahaya
koheren, yaitu, semua cahaya sefasa. Oleh karena itu, berkasnya monokromatik.
Bahan
laser original masih tetap digunakan, terdiri dari batang kristal rubi, yaitu
Al2O3 yang mengandung 0,5 persen ion Cr3+ dalam keadaan larutan
padat. Kini telah dikembangkan berbagai bahan, antara lain, gas, cairan, dan
bahan padat, gelas dan semi konduktor. Elektron atom mengalami eksitasi dan
mencapai keadaan energi yang lebih tinggi atau keadaan energi puncak. Peningkatan elektron ke keadaan energi yang lebih tinggi
dicapai foton dari lampu kilat.
Sama dengan perpendaran, elektron yang mengalami aktivasi
akan kembali ke keadaan awal secara acak dan statistik dan akan melepaskan
energi dalam bentuk foton cahaya. Laju relaksasi biasanya dinyatakan sebagai
persamaan peluruhan. Akan tetapi, kembali kelevel semula dapat dipaksakan, bila
elektron mengalami stimulasi oleh foton dengan energi sebesar energi
pelepasan.nya. Dengan kata lain, satu foton dapat melepaskan foton lain dan
seterusnya membentuk reaksi berangkai selama foton tersebut berada dalam bahan.
Kemudian foton berikutnya dilepas dalam keadaan sefasa dengan elektron yang
memacunya.
Bila tidak ada foton yang lepas, akan ada peningkatan
seketika dan semua elektron yang diperkuat, dan terjadi kilatan cahaya. Prosedur
untuk menyimpan foton untuk pemakaian ulang adalah adalah dengan memoles atau
menyepuh ujung laser dengan perak agar terjadi reflekasi (lihat gambar
dibawah).
Pada alat lasert terdapat pompa cahaya, biasanya
berbentuk tabung pelepas gas, dikelilingi oleh reflektor untuk
mengkonsentrasikan energi aktivasi dalam batang rubi (atau bahan laser lain).
Berkas monokromatik, koheren dan sejajar yang dihasilkan disalurkan kereat
optik suatu sistem komunikasi atau difokuskan kesuatu titk sasaran. Cara terakhir
ini memungkinkan berbagai cara pemamfaatan laser, mulai dari operasi mata untuk
melepas retina hingga kepengarasan permukaan.
Gambar 9.20. Alat laser.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar