BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri FT UNP Padang
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga-tenaga yang profesional, mengemban tugas dan amanah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam UU SubDiknas. Yang mana berupaya melaksanakan program-program pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak saja memahami ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetapi juga mampu mempraktekkan serta mengembangkannya baik di dunia pendidikan maupun di dunia industri atau dunia usaha. Salah satu cara untuk memenuhi tujuan tersebut, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) mengirimkan mahasiswanya yang telah memenuhi persyaratan ke dunia industri untuk melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri (PLI).
Praktek Lapangan Indutri (PLI) adalah suatu bentuk penyelenggaraan dari suatu lembaga pendidikan yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional serta sebagai jembatan penghubung antara industri dengan lembaga pendidikan.
Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) bagi mahasiswa sangatlah penting dimana hal tersebut bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa tersebut dalam dunia industri yang mana acuan dalam persiapan memasuki dunia kerja atau dunia industri, sehingga dapat menjadi tenaga ahli yang profesional. Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Maka dari itu dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa akan dunia kerja serta meningkatkan kemampuan penerapan teori yang telah diterima selama duduk dibangku kuliah, maka mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang diwajibkan untuk melaksanakan PLI.
Ada beberapa peraturan tentang Paktek Lapangan Industri dan putusan Menteri. Adapun peraturan Praktek Kerja Industri adalah sebagai berikut :
Tercantum pada UU. No. 2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yaitu untuk menyiapkan peseta didik melalui kegiataan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Peraturan pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam Pendidikan Nasional
PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung beralamat di Jln. Jend. Sudirman No. 6 Lubuk Basung Kabupaten Agam Provinsi Sumatra Barat. PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung ini merupakan cabang dari PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Bukittinggi yang beralamt di Jln. Sudirman No.1 Bukittinggi. Perusahaan ini Merupakan salah satu dunia industri yang dapat mendukung terwujudnya tujuan dari UU SubDiknas.
Tujuan
Praktek kerja lapangan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusan mahasiswa pada jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang yang bertujuan untuk :
Melihat dan membandingkan hal-hal yang telah di pelajari di bangku kuliah dengan aplikasi yang ada dilapangan.
Mampu menganalisa dan memecahkan permasalahan yang timbul di lapangan/ Industri dengan pendekatan teoritis.
Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan teknologi kendali secara khusus di bidang industri.
Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan pembatasan bahasan-bahasan yang di laporkan selama melakukan Pengalaman Lapangan Industri. Adapun materi yang di bahas dalam laporan ini yaitu : Pemeliharaan Trafo Distribusi di PT.PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung.
Deskripsi tentang Perusahaan/Industri Tempat Pelaksanaan PLI
Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero)
Sejarah Umum
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19. Pada saat perusahaan Belanda mendirikan Pembangkit Tenaga Listrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengolahan perusahaan perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II. Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, dua perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.
Sejarah PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat
Pada zaman Hindia Belanda atas dasar Lembaran Negara (Staatsblad) No. 312 tanggal 1 Juli 1918, sejak permulaan tahun 1868 daerah Ombilin Sawahlunto menjadi terkenal dan penting pada saat Ir.W.H.De Greve menemukan lapisan-lapisan dan ladang-ladang batubara (kolenvelden) ditepi sungai Ombilin. Begitu pesatnya eksplorasi Pemerintahan Belanda, sehingga produksi berlimpah ruah dan menumpuk, sedangkan transportasi belum ada untuk mengangkutnya ke pelabuhan Teluk Bayur (dulu bernama Emmahaven).
Setelah tambang Ombilin berhasil menemukan daerah pengolahan batu bara dibawah tanah perbukitan (tunnelbouw) dirasakan sangat diperlukan aliran listrik guna menggerakkan motor-motor transporband (belt conveyor), lori-lori, rumah sakit, bengkel besar, lampu-lampu penerangan rumah, beding-beding pekerja, lampu-lampu penerangan jalan, dsbnya, maka pada tahun 1892 didirikan sebuah Sentral Listrik Tenaga Uap di desa Salak yang berjarak ± 10 KM dari Sawahlunto didekat Sungai Batang Ombilin.
Pemerintah Belanda kemudian membuka perusahaan kereta api yang dulu bernama Sumatra Staats Spoorwegen (S.S.S), yang tujuan utamanya mengangkut batubara dari Sawahlunto ke Teluk Bayur guna diekspor untuk keperluan kapal-kapal uap di Hindia Belanda. Setelah adanya beberapa daerah yang dijangkau perkereta apian, maka S.S.S pada tahun 1912 membangun sebuah sentral listrik dengan tenaga uap yang bernama Sentral Listrik Tenaga Uap Kampung Durian (Electrische Stoom Centrale Kampung Durian) berlokasi ditepi Sungai Batang Arau, dengan pemasangan perdana 2 buah turbin uap merk Gbrs Stork Hengelo berikut dengan Generatornya masing-masing 650 kVA, kapasitas 500 kW merk Willwm Smit Slikkerveer Holland. Ketel-ketel uap (stoomketels) memakai bahan bakar batubara yang sudah dicuci bersih jenis notjes (ukuran biji jagung).
Pada tahun 1914 sentral listrik tenaga uap kampung durian tersebut telah beroperasi dan menyalurkan aliran listrik untuk kepentingan-kepentingan:
Pelabuhan kapal Teluk Bayur (Emmahaven)
Bengkel besar kereta api (S.S.S Werkplaats) di Simpang Haru Padang.
Pada tahun 1918 Sentral Listrik Kampung Durian diperluas lagi dengan pemasangan 1 buah lagi turbin uap Ptent Curtis merk A.E.C dengan generatornya 1430 kVA kapasitas 1.000 kW. Dengan tambahan mesin baru inilah Sentral mempunyai stand bye Unit.
Oleh karena beban puncaknya (peak load) masih rendah, maka pihak Ombilin mengadakan agreement dengan pemerintahan kota Padang (staads gemeente) masalah kelistrikan yang dapat disuplai kedalam kota Padang yang pada saat itu belum ada listrik sama sekali.
Pada tahun 1924 karena kelebihan energi maka pemerintah kota Padang mulai membangun gardu-gardu Trafo dibeberapa lokasi, mendirikan saluran udara tegangan rendah (SUTR) yang berasal dari rel-rel kereta api, pipa-pipa baja, tiang vakwerk dan penarikan kawat-kawat saluran udara tegangan rendah dan pengamanannya. Pekerjaan didalam kota Padang tersebut berada dibawah Gemeentclijke Electiciteit Bedrijf (G.E.B). Setelah itu barulah sentral listrik Kampung Durian menyalurkan arus listrik tegangan tinggi 6 kV melalui kabel-kabel tanah sampai pada gardu induk yang terletak didekat persimpangan jalan Proklamasi, dan karena perkembangan kota gardu induk itu dipindahkan ketempat lain. Jadi Sentral Listrik Kampung Durian hanya sebagai pembangkit, sedangkan untuk distribusinya ditangani langsung oleh G.E.B Padang.
Pada tahun 1942-1945 masa pendudukan Jepang Sentral Listrik Kampung Durian Padang tetap jalan seperti biasa dan tetap berpusat pada Ombilin Sawahlunto yang bernama Padang Hatsudensho, dan pendistribusian tetap ditangani oleh Balai Kota Padang (Padang Shiakusho).
Pada tahun 1945 setelah Jepang kalah dan menyusul Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Sentral Listrik masih tetap dibawah naungan P.N.T.B.O Sawahlunto. Pada tanggal 10 Oktober 1945 tentara sekut (Allied Forces) mendarat dipelabuhan Teluk Bayur dengan tujuan untuk mengembalikan kekuasaan Pemerintahan Belanda dari pemerintahan Jepang, tetapi Kemerdekaan Republik Indonesia teah diproklamirkan, dan diseluruh Nusantara telah berkibar bendera sangsaka merah putih dengan jayanya. Pada akhir tahun 1946 setelah tentara sekutu meninggalkan kota Padang dan sekitarnya, tentara Belanda dan NICA yang membonceng sekutu mendarat dan mengambil kantor Balai Kota Padang yang dipakai sebagai headquarter dari tangan Jepang. Serangan yang membabi buta oleh Belanda mengakibatkan pengiriman batubara dari Sawahlunto ke Sentral Listrik Kampung Durian Padang terhalang, akan tetapi pegawai tetap bekerja mempertahankan perusahaan vital tersebut tetap menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia, jadi semangat “Merdekalah” yang mendorong pegawai untuk bekerja.
Pada tanggal 19 Desember 1948 hubungan administratif dan teknis antara 1 Sentral Listrik Kampung Durian dengan PN.TBO Sawahlunto terputus, persediaan batubara sudah habis dan pemerintah Belanda yang berkuasa ingin agar listrik kota Padang tetap menyala maka mereka mendatangkan batu bara halus (gruis kolen) dari Bukit Asam Palembang. Akhirnya Sentral Listrik dikuasai pemerintah Belanda dan berada dibawah Verkeer & Waterstaat (V&W) yang ditangani langsung oleh perusahaan listrik kota yang bernama Gemeertelijkc Electriciteit Bedrijf (GEB).
Tidak lama kemudian terjadilah perubahan status negara yaitu menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) yang tidak bertahan lama. Pemerintah Belanda serta orang-orangnya berangsur-angsur meninggalkan Indonesia. GEB berubah menjadi perusahaan listrik Kota Praja, berpusat dikantor Balai Kota yang menangani pendistribusian aliran listrik dalam kota. Setelah hapusnya RIS dari bumi Indonesia dan kita hanya mengakui satu Republik saja yaitu Republik Indonesia, maka pengiriman batubara untuk Sentral mulai normal kembali. Penguasaan berpindah dari Balai Kota ke Eksploitasi P.N.K.A Padang dan berpusat kejawatan Tenaga di Jl. Hayam Wuruk No. 3 Jakarta.
Pada tahun 1952 Sentral Listrik berpindah ke Perusahaan Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik (PENUDITEL) Sumatera Tengah, berkantor di Jl. Lurus Bukittinggi dan tetap berpusat di Jawatan Tenaga di Jakarta. PENUDITEL mulai merehabilitasi, menormalisir, dan membangun beberapa PLTD didaerah Sumbar & Riau, dengan 3 (tiga) wilayah kerja yaitu :
PLN Eksploitasi Cabang Padang.
PLN Eksploitasi Cabang Bukittinggi
PLN Eksploitasi Cabang Pekanbaru.
Pada tahun 1965 Sumatera Barat dan Riau menjelma menjadi Wilayah kerja PLN Eksploitasi XIV. Tidak lama kemudian seluruh Perusahaan Listrik berada dibawah satu Kementrian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) di Jakarta. Dan barulah pada tahun 1971 terjadi serah terima pendistribusian listrik antara Balai Kota Padang kepada PLN.
Pada pertengahan tahun 1964, karena Sentral Listrik Kampung Durian tidak ekonomis lagi, bahkan rendemen harga 1 kg bahan batubara lebih tinggi dan mahal dari 1 kWh yang dihasilkan, apalagi ongkos transport batu bara yang tidak sedikit terpaksa ditutup dan tidak dioperasikan. Aliran listrik untuk kota disuplai dari PLTD Simpang Haru.
Pada tahun 1969 pemerintah mulai dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pertama. Perlistrikan berangsur-angsur baik, tidak hanya untuk kota Padang dan sekitarnya saja, tetapi mencakup seluruh wilayah kerja PLN Eksploitasi XIV baik Sumbar maupun di Riau. Kondisi yang membaik tersebut juga ditandai dengan telah selesainya PLN Pikitring membangun PLTA Maninjau dan PLTG Pauh Limo. Masyarakat ikut bergembira dan berterima kasih kepada Pemerintah khususnya PLN karena listrik telah masuk sampai ke desa.
PLN di Sumatera Barat beberapa kali mengalami perubahan struktur organisasi, yaitu sebagai berikut:
PT. PLN (Persero) Wilayah III, ditetapkan melalui Keputusan Direksi No. 019.K/023/DIR/1997, dengan wilayah kerja meliputi daerah Sumatera Barat dan Riau.
PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Sumbar dan Riau, ditetapkan dengan Keputusan Direksi No. 113.K/023/DIR/2001 tanggal 25 Mei 2001. Restrukturisasi dari Wilayah III menjadi Unit Bisnis Sumbar dan Riau ini dalam rangka optimasi Corporat Gain, dimana wilayah diarahkan menjadi strategic business unit / investment centre.
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar, yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi No. 304.K/023/DIR/2003 tanggal 19 Nopember 2003. Perubahan organisasi ini diawali dengan keluarnya Keputusan Direksi No. 089.K/023/DIR/2002 tentang perubahan organisasi Unit Bisnis di lingkungan PT. PLN (Persero), dimana telah dibentuk Unit Bisnis kelistrikan baru dibeberapa wilayah kerja diantaranya Wilayah Riau. Dengan keluarnya Keputusan Direksi ini maka wilayah kerja Sumbar dan wilayah kerja Riau masing-masing berdiri sendiri, dimana Wilayah Sumbar saat ini memiliki 4 (empat) Area yaitu Area Padang, Area Bukittinggi, dan Area Solok. dan terakhir di tahun 2008 dioperasionalkan PLN Cabang Payakumbuh.
Profil PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung
PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung merupakan perusahaan yang bergerak dalam Perusahaan Listrik Negara yang bertugas dalam melayani masyarakat dalam memasokan tenaga listrik ke pelanggan yang memberikan pelayanan mudah, cepat, pasti, beretika, dan jujur. PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung beralamat di Jln. Jend. Sudirman No. 6 Lubuk Basung Kabupaten Agam Provinsi Sumatra Barat. PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung ini merupakan cabang dari PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Bukittinggi yang beralamt di Jln. Sudirman No.1 Bukittinggi.
Perusahaan ini memiliki luas daerah layanan sebanyak 1316,9506 km2 yang terdiri dari Kecamatan (Tanjung Raya : 236,7704 km2, Tanjung Mutiara : 204,5445 km2, Lubuk Basung : 265,5947 km2, Ampek Nagari : 272,0945 km2, Palembayan : 337,9465 km2). Memiliki jumlah unit 6 Kantor Pelayanan ( Batu Kambing, Palembayan, Maninjau, Tiku, Batu Nanggai dan Padang Koto Gadang) dan jumlah pegawai sebanyak 14 orang karyawan termasuk Manajer Rayon.
Visi, Misi dan Motto PT. PLN (Persero)
Visi
Visi pelayanan adalah gambaran keadaan pelayanan masa depan yang diinginkan oleh sebuah organisasi. Visi merupakan keputusan mendasar yang digunakan sebagai acuan dalam memberi arah dan menggerakkan organisasi yang tercermin dalam kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam upaya mencapai tujuan akhir yang ingin diwujudkan. Visi yang baik juga harus mampu menjebatani keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, PLN Rayon Lubuk Basung merumuskan visinya yaitu: “mewujudkan PLN Lubuk Basung menjadi unit yang terbaik dalam kinerja dan maju dalam pelayanan.”
Kinerja terbaik dapat diukur dari pencapaian indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan, sedangkan pelayanan yang maju dapat diartikan, terselenggaranya proses pelayanan secara efektif, efisien serta mampu memenuhi ekspektasi pelanggan baik secara institusi individu maupun sistem pelayanan.
Misi
Misi merupakan pernyataan yang membawa organisasi pada suatu fokus dalam mencapai visi yang telah dirumuskan. Dalam kaitan itu PLN Lubuk Basung menetapkan sebagai berikut:
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Motto
PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung merupakan perusahaan yang bergerak dalam Perusahaan Listrik Negara yang bertugas dalam melayani masyarakat dalam memasokan tenaga listrik ke pelanggan yang memiliki motto dan tujuan yaitu:
“Melayani dengan solusi”.
Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung
Gambar 1. Struktur PT.PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung
( Brevet PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung )
Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung dipimpin oleh Manajer yang di bantu oleh Supervisor Teknik, Supervisor Pelayanan Administrasi dan Koordinator HPI Rayon dan beberapa karyawan lain dengan tugas-tugas sebagai berikut:
Manajer Rayon/Ranting
PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung dipimpin oleh Bapak Yotrizal sebagai Manajer Rayon yang memiliki tugas sebagai berikut:
Merumuskan sasaran kerja Rayon berdasarkan target perusahaan yang telah ditetapkan
Menganalisa dan mengevaluasi kinerja Rayon dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Mengkoordinasi dan mengarahkan proses P2TL sebagai upaya mengurangi susut.
Menyusun data pendukung program kerja tahunan Rayon sebagai bahan usulan ke Cabang.
Supervisor Teknik
PT.PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung memiliki supervisor teknik yang dipimpin oleh Bapak Illiarta yang memiliki tugas sebagai berikut:
Menyusun rencana kerja operasi distribusi sebagai pedoman kerja dalam pelaksanaan tugas.
Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan pada supervisor operasi distribusi untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
Memeriksa secara berkala JTM, JTR, SR, TRAFO dan merencanakan perbaikan apabila terjadi kerusakan.
Mengatur pelaksanaan inspeksi jaringan dan pengukuran gardu distribusi untuk mengetahui kondisi keandalan jaringan.
Melaksanakan peninjauan langsung kelapangan guna penetapan volume pekerjaan pemeliharaan dan sebagai bahan usulan pelaksanaan permohonan SKKO pemeliharaan jaringan yang diusulkan PLN Cabang.
Supervisor Pelayanan dan Administrasi
PT.PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung memiliki supervisor pelayanan dan administrasi yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Fauzi yang memiliki tugas sebagai berikut:
Mengawasi penggunaan dana RAO/AUI yang telah disetujui agar tidak terjadi penyimpangan.
Mengawasi penerimaan uang dengan cara membandingkan fisik uang dengan catatan penerimaan.
Memeriksa berkas kepegawaian yang meliputi SPPD, absen pegawai, lembur, daftar gaji dan tunjangan lainnya, biaya perawatan kesehatan MUN dengan pegawai untuk disampaikan kepada atasan.
Menyusun rencana kerja pelayanan pelanggan sebagai pedoman kerja.
Memberi petunjuk kepada bagian pelayanan pelanggan untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
Memberikan pelayanan terhadap complain dan keluhan pelanggan.
Memberikan pelayanan dalam pendistribusian tenaga listrik di pedesaan.
Mengkoordinir pelaksanaan pemasaran, administrasi pelanggan.
Melaksanakan baca meter, mencatat kedudukan angka meter secara tepat sesuai jadwal yang ditetapkan dan mengamankan data dengan melakukan back up data dari hardisk ke dalam media rekaman sesuai dengan petunjuk pengoperasian komputer.
Mencatat dan memeriksa data keluaran komputer kepada pejabat yang membutuhkan sesuai dengan permintaan dan menyampaikan surat pemberitahuan kepada pelangggan yang tidak berhasil dilakukan pembacaan meter.
Assisten/Junior Officer Administrasi Logistik
Bertugas dibidang penerimaan barang dan segala yang berurusan dengan barang-barang di perusahaan.
Mencatat bon permintaan barang kedalam mutasi harian dan mengurangi jumlah persediaan dalam kartu persediaan.
Memeriksa barang yang masuk ke gudang berdasarkan surat pesanan barang dan bon pengiriman barang dan bon retur.
Mengelompokan dan memberi nomor normalisasi barang-barang.
Membuat laporan berkala sesuai dengan bidang tugasnya.
Assitent/Junior Analyst Keuangan dan Adm Sdm
Bertugas dalam bidang keuangan dan administrasi yang memiliki tugas sebagai berikut:
Mengetik bukti penerimaan dan pengeluaran kas pendapatan, kas pembiayaan, Bank receipt dan Bank imprest.
Memberikan kode pos anggaran dan kode perkiraan akutansi pada bukti penerimaan pengeluaran kas/Bank.
Membuat laporan kiriman uang (LKU), periode I dan II
Mengumpulkan bukti-bukti pembayaran untuk permintaan penggantian biaya ke cabang.
Assitent/Junior Office Penagihan
Tugas:
Mengklasifikasi rekening sesuai dengan jenis tarif dan lokasi untuk memudahkan pendistribusiannya.
Mendistribusikan rekening untuk masing-masing payment point untuk upaya pembinaannya.
Memeriksa laporan hasil penagihan yang dilakukan setiap payment point untuk bahan evaluasi.
Membuat laporan berkala sesuai dengan bidang tugasnya.
Assistent Enginer/Junior Engineer Pemeliharaan Distribusi
Bertugas dalam pemeliharaan jaringan ke konsumen, tugasnya yaitu:
Melaksanakan inspeksi jaringan dan pengukuran gardu distribusi untuk mengetahui kondisi keandalan jaringan.
Mensurvei jaringan dan lokasi gardu berdasarkan rencana perluasan jaringan dan sipil gardu.
Membuat gambar rencana pemeliharaan jaringan distribusi sesuai laporan keadaan jaringan distribusi yang diperoleh dari hasil survey sebagai pedoman.
Sistem Produksi Penyaluran Listrik PT. PLN (Persero) Lubuk Basung
Rayon Lubuk Basung secara sistem kelistrikan disuplai dari GI Maninjau melalui trafo tenaga 20 MVA yang terdiri dari :
Feeder 1 Maninjau
Feeder 2 Express Feeder GH Lubuk Basung 1 (INC. GH LUBUK BASUNG)
Feeder 3 Psr. Usang
Feeder 4 Express Feeder GH Lubuk Basung 2 (INC. GH LUBUK BASUNG)
Feeder 2 Express Feeder GH Lubuk Basung 1 melalui GH Lubuk Basung dengan 2 Out Going Feeder terdiri dari :
Out Going Feeder 6 Sei. Jariang
Out Going Feeder 7 Tiku
Feeder 4 Express Feeder GH Lubuk Basung 2 melalui GH Lubuk Basung dengan 2 Out Going Feeder terdiri dari :
Out Going Feeder 5 Kota
Out Going Feeder 8 Pdg Koto Gadang
Jumlah pelanggan yang tersambung sebanyak 37.221 pelanggan. Panjang Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yaitu sepanjang 529.08 Kms. Sedangkan panjang Jaringan Tegangan Rendah (JTR) yaitu sepanjang 1.185.208 Kms. Jumlah gardu yang terpasang yaitu sebanyak 346 Unit/ 20.633 kVA. Jumlah penyulang keluar dari GI Maninjau sebanyak 4 Out Going Feeder dan dari GH Lubuk Basung sebanyak 4 Out Going Feeder.
Perencanaan Kegiatan Praktek Lapangan Industri
Tempat Kegiatan
Kegiatan pelaksanaan Praktek Lapangan Industri (PLI) ini dilakukan di PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung Kabupaten Agam.
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Praktek Lapangan Industri (PLI) ini dilaksanakan selama satu bulan lebih dimulai dari tanggal 25 Juli sampai dengan 25 September 2015 di Pusat Pelayanan Teknik PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung, Agam.
Pelaksanaan Kegiatan PLI serta Hambatan-Hambatan yang Ditemui dan Penyelesaiannya
Selama melaksanakan praktek lapangan Industri di PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung ada beberapa hambatan. Masalah – masalah yang ditemui penulis selama melakukan kegiatan pengalaman lapangan industri di Gardu Induk Lubuk Alung yaitu:
Dalam melakukan kegiatan survei ke lapangan, penulis merasa kesulitan karena ini merupakan pengalaman pertama dalam mengikuti kegiatan lapangan dan perjalanan yang dilalui jauh dan sulit.
Dalam melakukan survei ke lapangan penulis tidak dapat melakukan seluruh pekerjaan yang diminta oleh supervisor karena pekerjaan tersebut sulit dan membutuhkan tenaga dan alat bantu yang besar.
Kegiatan pemeliharaan trafo distribusi di PT. PLN ( Persero) Rayon Lubuk Basung dilakukan tidak secara berkala sehingga penulis tidak dapat menyaksikan langsung bagaimana proses dalam pemeliharaan tersebut.
Usaha yang ditempuh penulis dalam menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapi selama melaksanakan kegiatan pengalaman lapangan industri yaitu penulis harus lebih banyak bertanya pada supervisor dan kepada para operator yang lebih mengerti tentang system pada trafo distribusi, sehingga pengetahuan yang tidak di dapat dikampus menjadi bertambah dan lebih mudah di pahami. Khusus pemeliharaan Trafo Distribusi yang kurang di pahami bagaimana prosesnya, penulis harus rajin bertanya dan juga membaca buku-buku mengenai proses pemeliharaan komponen trafo distribusi tersebut. Selama mengikuti kegiatan di PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Basung penulis banyak mempelajari ilmu yang tidak diajarkan dikampus, sehingga dapat membantu dalam menyelesaikan Laporan Pengalaman Lapangan Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar