BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan
formal yang akan menghasilkan lulusan yang nantinya diharapkan mempunyai lulusan
yang dibutuhkan baik di dunia usaha/dunia industri. Sekolah yang mampu menghasilkan
SDM yang terampil dan berkualitas lebih ditujukan kepada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Hal ini dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990,
Pasal 3 ayat 2, yaitu, “Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional”.
|
Kegiatan pembelajaran
merupakan hal yang paling penting, artinya tercapai atau tidaknya tujuan
pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik.
Keberhasilan proses pembelajaran ditandai dengan tercapainya tujuan belajar
serta prestasi belajar yang optimal. Menurut Tu’tu (2004:75), “Prestasi belajar
adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah”. Hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai komponen, diantaranya guru yang dianggap sebagai
faktor penyebab paling berpengaruh terhadap hasil belajar. Dari uraian di atas
maka setiap tamatan siswa SMK haruslah seorang yang mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, memiliki kompetensi kejuruan, kreatif dan
memiliki rasa tanggung jawab serta memiliki sikap (attitude) yang baik.
Mata Pelajaran
Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik pada jenjang SMK dijurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik merupakan salah satu mata pelajaran produktif dan keahlian. Mata pelajaran ini membahas tentang pengontrolan motor
listrik, menganalisa rangkaian kendali, menganalisa instalasi motor-motor listrik,
Programable Logic Controller (PLC) dan sistem pneumatik, sehingga dibutuhkan
suatu kreatifitas siswa SMK dalam mengikuti pembelajaran ini.
Dalam
Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kurikulum 1999, bahwa tujuan SMK adalah :
1.
Mengutamakan
penyiapan siswa untuk memenuhi dunia kerja
serta mengembangkan sikap profesional
2.
Menyiapkan
siswa agar mampu merintis karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan
diri
3.
Menyiapkan
tenaga kerja tingkat menengah yang mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri
saat ini maupun akan datang
4.
Menyiapkan
tamatan agar menjadi warga yang produktif, adaptif dan kreatif.
Mencermati
uraian di atas, maka SMK dituntut untuk mengambil sikap positif dan tegas dalam
menentukan identitas diri sebagai penyedia sumber daya manusia yang
profesional. Pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan harapan, secara umum
adalah akibat kesulitan belajar dan praktek yang dialami siswa. Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam
diri siswa (faktor internal) maupun
yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal)
tersebut.
Kreativitas dapat mempunyai arti sebagai daya cipta yang ada dalam diri
seseorang. Siswa yang kreatif maka dalam dirinya akan timbul suatu kerja keras
dan akan berusaha menemukan hal-hal yang baru dalam meningkatkan
pengetahuannya. Media festo fluidsim yang diterapkan ini akan mendukung siswa dalam penguasaan
mata pelajaran di sekolah ataupun di luar sekolah. Dengan diterapkannya media festo fluidsim kemungkinan besar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
siswa akan bertambah, sehingga dengan sendirinya akan mendukung tumbuhnya kreatifitas
siswa dengan mengunakan media festo fluidsim ini sebagai penerapan dalam penguasaan mata
pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik.
Festo Fluidsim adalah aplikasi untuk membuat rangkaian pneumatic dan elektro pneumatic
yang dapat langsung disimulasikan. Software ini mempunyai tampilan yang bagus
dan menarik sehingga pengguna bisa lebih mudah untuk mencari komponen-komponen
yang diperlukan dalam merangkai suatu rangkaian pneumatic, akan tetapi software ini kurang di aplikasikan pada
siswa padahal software ini dapat mendukung
pembelajaran pneumatic. Untuk melakukan hal tersebut maka harus memerlukan
pemahaman tentang konsep dasar pneumatic, seperti yang diketahui disekolah
belum tentu memiliki media pembelajaran yang lengkap. Maka untuk mengatasi
permasalahan tersebut harus didukung dengan menggunakan software festo fluidsim.
Berdasarkan
hasil observasi pelaksanaan kegiatan belajar serta
penggunaan media pembelajaran di SMKN 1 Lembah Melintang diperoleh informasi
bahwa belum maksimalnya pemanfaatan
media sementara alat pendukung media sudah tersedia
seperti proyektor, computer dan lainnya. Sebagian besar masih menggunakan media konvensional dan ada yang menggunakan media model, maka perlu
diterapkan media Festo Fluidsim untuk
memperagakan rangkaian pengendali elektromagnetik yang terintegrasi pada sebuah
media berbentuk software Festo Fluidsim berbasis komputer. Penggunaan media dalam belajar belum optimal membantu tercapainya
tujuan pembelajaran. Kelemahan media model yang digunakan selama ini
diantaranya sebagai berikut: (1) tidak mengarahkan siswa pada proses pemikiran
kritis, kreatif, dan mandiri, (2) media yang digunakan belum maksimal dimanfaatkan sehingga hasil belajar
siswa belum maksimal, (3) media tidak praktis dan efisien
dalam mencapai tujuan pembelajaran, (4) media yang digunakan lebih sering media papan tulis dan model sehingga perlu diterapkan media yang mudah
dipahami dan langsung dapat disimulasikan yaitu Festo Fluidsim.
Berdasarkan
persoalan tersebut sangat perlu mengimplementasikan software festo fluidsim sebagai media pembelajaran berbasis
komputer dengan menggunakan software festo fluidsim, sehingga dapat
memecahkan masalah-masalah yang ada. Maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Software Festo Fluidsim dan Media Model Nyata Pada Mata Pelajaran Mengoperasikan
Sistem Pengendali Elektromagnetik (MSPE) Siswa Kelas XI TITL SMKN 1 Lembah
Melintang”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Media pembelajaran yang
digunakan kurang
sesuai dengan mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik, sehinnga pemahaman siswa belum maksimal, maka perlu
diterapkan media pembelajaran software
Festo Fluidsim untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa masih rendah karena media
pembelajaran yang terbatas sehingga pengetahuan dan keterampilannya kurang dalam penguasaan mata pelajaran
sistem kendali di sekolah, maka akan diterapkan
media pembelajaran Festo Fluidsim untuk
meningkatkan hasil belajarnya.
3. Media yang
diterapkan guru masih berbentuk model atau representasi tiga dimensi dari objek
riil, sehingga perlu diterapkan media yang mudah dipahami dan langsung dapat
disimulasikan yaitu Software Festo Fluidsim
sebagai
media pembelajaran pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali
Elektromagnetik.
C.
Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar dapat menghilangkan timbulnya
penafsiran-penafsiran yang berbeda. Maka fokus permasalahan dibatasi pada bagaimana perbedaan hasil belajar
siswa kelas XI TITL di SMKN 1 Lembah Melintang menggunakan media software festo fluidsim dan model nyata pada
satu standar kompetensi dasar. Penelitian ini diterapkan pada kompetensi
dasar “Mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali elektromagnetik”. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan 2 kelompok sampel supaya dapat melihat efektivitas
pada kedua media pembelajaran.
D.
Perumusan Masalah
Bertitik tolak
dari pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan perumusan masalah
sebagai berikut :
Bagaimana perbedaan hasil belajar
siswa menggunakan media pembelajaran software
festo fluidsim dan media model pada
mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI
TITL di SMKN 1 Lembah Melintang?.
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah yang ada, maka tujuan penelitian berbasis pneumatic ini adalah :
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan media software festo fluidsim dengan hasil
belajar siswa menggunakan media model pada mata pelajaran Mengoperasikan
Sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 1 Lembah Melintang, Tahun ajaran 2016 - 2017.
F. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah:
1.
Secara teoritis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan pada guru Mengoperasikan Sistem Kendali Elektromagnetik terkhususnya
dan management sekolah tentang besarnya peningkatan hasil belajar siswa dengan kreativitas
siswa pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Kendali Elektromagnetik
2.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan menjadi bahan masukan bagi lembaga pendidikan dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
3.
Memberikan masukan dan dapat membuka wawasan bagi
siswa-siswi SMKN 1 Lembah Melintang tentang pentingnya media festo dalam menambah Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
4.
Sebagai bahan referensi penelitian yang lebih
relevan bagi peneliti dikemudian hari.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Hasil
Belajar
a.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah
perubahan tingkah laku.Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukan dalam
barbagai bentuk seperti perubahan keterampilan, pengetahuan serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Hasil belajar adalah
terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada
pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk stimulus yang
ada dilingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi
stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan didalam dan diantara
kategori-kategori (Ratna Wilis Dahar,1998:95).
Hasil belajar merupakan indikator dari
keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan dalam sistem
pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui segenap
psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, efektif, dan
psikomotor.
b.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhioleh
dua faktor, yakni faktor dari dalam diri
siswa dan faktor dari luar diri siswa (Nana Sudjana,1989: 39). Dari pendapat
ini faktor yang dimaksud adalah faktor dari dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh David Clark (1981: 21)
menyatakan bahwa “hasil belajar siswa disekolah
70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”.
Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan
berupa kualitas pembelajaran (Nana Sudjana,2002: 39). Perubahan prilaku dalam
proses belajara terjadi akibat dari interaksi dari lingkungan, interaksi
biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi
perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Dari beberapa pendapat diatas, maka hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri individu siswa berupa
kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah suatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang
terdapat alam berbagai aspek kehidupan sehingga terlihat pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif
2. Efektivitas
Definisi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992)kata efektif berarti ada efeknya, manjur
atau mujarab dan berhasil guna. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.
The
Liang Gie (1989:108) menyatakan efektivitas adalah suatu keadaan yang
mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki, maka
orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang
dikehendakinya itu. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan
yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang
diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi
atau komponen serta masalah tingkat kepuasan penggunaan.
Untuk
mengetahui efektivitas suatu program, perlu dilakukan penilaian terhadap
manfaat atau daya guna program tersebut. Penilaian manfaat atau daya guna
disebut juga dengan evaluasi (Farida yusuf tayibnapis, 2000:3). Dulu, evaluasi
hanya berfokus pada hasil yang dicapai.Jadi,untuk mengevaluasi opyek
pendidikan, seperti halnya pendidikan hanya berfokus pada hasil yang telah
dicapai peserta. Akhir-akhir ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas atau
memperbanyak variabel evaluasi dalam
bermacam-macam model evaluasi.
Dalam
menilai efektivitas program, Farida Yusuf Tayibnapis(2000 :23) menjelaskan berbagai
pendekatan evaluasi, yakni sebagai berikut:
a. Pendekatan
eksprimental (experimental approach)
Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen
yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuannya untuk memperoleh
kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu dengan
mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
b. Pendekatan
yang berorientasi pada tujuan (goal ariented approach)
Pendekatan
ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Pendekatan
ini amat wajar dan praktis untuk desain pengembangan program. Pendekatan ini
memberi petunjuk kepada pengembang program, menjelaskan hubungan antara
kegiatan khusus yang ditawarkan dengan hasil yang akan dicapai.
c. Pendekatan
yang berfokus pada keputusan (the decision focused approach)
Pendekatan
ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program
dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini , informasi akan amat
berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan. Oleh
sebab itu, evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan
program.
d. Pendekatan
yang responsif (the responsive approach)
Pendekatan
responsif menekankan bahwa evaluasi yang berarti adalah yang mencari pengertian
suatu isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat,berminat
danberkepentingan dengan program (stakeholder program). Evaluator menghindari
satu jawaban untuk suatu evaluasi program yang diperoleh dengan memakai tes, kuesioner
atau analisis statistik, sebab setiap orang yang dipengaruhi oleh program
merasakannya secara unik. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami ihwal program
melalaui berbagai sudut pandang yang berbeda. Evaluasi dilakukan dengan cara
pendekatan kualitatif atau naturalistik. Pengumpulan data dengan obsevasi dan
wawancara, sedangkan instrumen tes atau kuisioner dilakukan sebagai data
pendukung serta interpretasi data dilakukan dengan cara impresionistik. Evaluator
mengobservasi, merekam,menyeleksi, mengecek pengetahuan awal peserta program, dan
mencoba membuat model yang mencerminkan pandangan berbagai kelompok.
3. Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (2003:57) pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Istilah
pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar
dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau
tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar
meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.Apa yang dilakukan guru agar
proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa
nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan
berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas.
Oemar Hamalik (2003:57) Pembelajaran di SMK
memiliki tujuan yang selaras dengan tujuan pokok pendidikan kejuruan yaitu:
a.
Pendidikan kejuruan
mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja
b.
Pendidikan kejuruan memberikan
promosi untuk kesejahtraan pada umumnya dan memberikan keterampilan untuk bertahan
dalam kehidupan sehari-hari
c.
Pendidikan kejuruan memberi
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan pasar kerja
d.
Pendidikan kejuruan memberikan
kesempatan pendidikan karir bagi yang
memerlukannya
e.
Pendidikan kejuruan
diselenggarakan dengan dukungan dunia usaha dan industri.
Pembelajaran
di SMK diharapkan dapat membantu terwujudnya tujuan pendidikan kejuruan yaitu
membentuk peserta didikyang mampu beradaptasi dengan lingkungannya sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja atau industri.
4. Mata
Pelajaran MSPE
Mata Pelajaran Mengoperasikan Sistem
Pengendali Elektromagnetik (MSPE) merupakan mata pelajaran produktif bidang
studi keahlian Teknik Listrik, khususnya program studi Teknik Instalasi Tenaga
Listrik di SMKN 1 Lembah Melintang. Berdasarkan silabus yang didapatkan
dari guru mata pelajaran kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang, mata pelajaran
MSPE mempunyai beberapa kompetensi dasar diantaranya terlihat pada tabel 1
Tabel 1. Kompetensi Dasar
Mengoperasikan Pengendali Elektromagnetik
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
1.4. Mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali elektromagnetik
|
§ Rangkaian
kendali DOL dijelaskan
§ Rangkaian
kendali motor dari beberapa tempat dijelaskan
§ Rangkaian
kendali berurutan dijelaskan
§ Rangkaian
kendali motor AC 1 fasa dijelaskan
§ Rangkaian kendali dua arah putaran motor 1 fasa
dijelaskan
|
Materi ini mengajak siswa
berfikir kritis memahami
rangkaian kendali DOL (Direct Online), rangkaian kendali dari
beberapa tempat, rangkaian kendali berurutan, rangkaian kendali motor Ac 1 fasa
dan rangkaian kendali membalik putaran motor 1 fasa. Setelah materi ini dipahami oleh siswa, siswa
mampu memahami rangkaian kendali dan diagram kerja rangkaian operasi pada sistem pengendali elektromagnetik, mengidentifikasi
fungsinya. Menjelaskan prinsip kerja rangkaian sistem kendali elektromagnetik
diharapkan siswa mampu menyebutkan fungsi dan diagram kerja komponenoperasi pada
sistem pengendali elektromagnetik, kemudian dilakukan pembuktian kebenaran rangkaian pengendali pada software
festo fluidsim.
Berdasarkan karakteristik
mata pelajaran di atas, maka media berbentuk model, replika dan software cocok digunakan sebagai upaya mengenal komponen-komponenpada kendali elektromagnetik atau masalah untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Media ini mampu memproyeksikan
materi yang bersifat konvensional menjadi media
yang dapat disimulasikan langsung menggunakan komputer. Media Festo
fluidsim bisa digunakan untuk mengenal komponen-komponen,
membuat rangkaian kendali dan mensimulasikan rangkaian kendali elektromagnetik dalam bentuk media pembelajaran berbasis komputer.
Berdasarkan silabus
dan rencana persiapan pembelajaran (RPP) yang ada di SMKN 1 Lembah Melintang, mempunyai
standar kompetensi “Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik” dan
kompetensi dasar “Mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali
elektromagnetik” sedangkan berdasarkan Rencana
Persiapan Pembelajaran (RPP) disana siswa memperoleh materi peneumatic antara
lain:
a)
Rangkaian
kendali direct online (DOL)
b)
Rangkaian kendali
dari beberapa tempat
c)
Rangkaian kendali
berurutan
d)
Rangkaian kendali
motor 1 fasa
e)
Rangkaian kendali
membalik arah putaran motor 1 fasa
Materi-materi
peneumatic yang ada pada silabus dan RPP SMKN 1 Lembah Melintang tersebut akan
dijadikan acuan untuk membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
5. Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (2003:57) pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan
pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi
bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru
lakukan di dalam kelas. Apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar
berjalan lancar, bermoral, dan membuat siswa merasa
nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar juga secara khusus mencoba dan
berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Pembelajaran di SMK
diharapkan dapat membantu terwujudnya tujuan pendidikan kejuruan yaitu
membentuk peserta didikyang mampu beradaptasi dengan lingkungannya sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja atau industri.
Untuk memperjelas pemaknaan media, maka perlu
diketahui ciri-ciri media itu sendiri. Gerlach & Ely
(1971) dalam Arsyad (2010: 12) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh
media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya. Ciri-cirinya
adalah:
1. Ciri Fiksiatif
Ciri fiksiatif
merupakan ciri yang memungkinkan media memiliki kemampuan merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa, materi atau objek.
Berdasarkan ciri fiksiatif, materi yang diajarkan menggunakan media bisa
diulang dan ditransformasikan kembali kapanpun dengan gaya yang sama.
2. Ciri manipulative
Ciri manipulatif
memungkinkan suatu materi, objek, benda, mekanisme kerja dan sebagainya dapat
ditransformasikan ke bentuk media lain. Suatu sistem yang kompleks bisa
disederhanakan ke bentuk media sehingga mudah diajarkan tanpa mengurangi tujuan
dan makna esensial dari sistem tersebut.
3. Ciri distributive
Ciri distributif
dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui
ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar
siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Apabila media yang dihasilkan diterapkan ke tempat lain, media harus memberikan
stimulus dan pengalaman belajar yang sama.
Pada hakekatnya, media digunakan dalam pembelajaran
untuk membantu memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Sudjana &
Rivai (2011:2) mengemukakan “manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
siswa yaitu:
1. Pembelajaran akan
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motibasi belajar.
2. Bahan pembelajaran
akan lebih jelas maknanya.
3. Metode mengajar
akan lebih bervariasi.
4. Siswa dapat lebih
banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan, dan
mendemonstrasikan”.
Hamalik (1986) dalam Arsyad (2010:14) mengemukakan
bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi”.
Selain memberikan manfaat dan dampak positif dalam
pembelajaran, media juga mempunyai kegunaan. Menurut Sadiman(2012:17-18) “
secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka).
2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya
indera.
3.
Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi
dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna
untuk:
a.
Menimbulkan kegairahan belajar.
b.
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung
antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c.
Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri
menurut kemampuan dan minatnya.
4.
Keberagaman lingkungan dan pengalaman siswa:
a.
Memberikan rangsangan yang sama
b.
Mepersamakan pengalaman dan menimbulkan
persepsi yang sama”.
Media pembelajaran mempunyai banyak jenis dan
ragam. Berdasarkan
defenisi media yang sangat luas, para ahli mempunyai pandangan yang berbeda dalam
mengelompokkan media. Menurut Taksonomi Briggs
dalam Sadiman (2012:23) “media yang digunakan dalam proses belajar mengajar
dikelompokkan menjadi 13 macam, yaitu: (1)
objek, (2) model, (3)
suara langsung, (4) rekaman audio, (5)
media cetak, (6) pembelajaran
terprogram, (7) papan tulis, (8)
media transparansi, (9) film rangkai, (10)
film bingkai, (11) film, (12)
televise, dan (13) gambar”.
Sedangkan menurut Gagne dalam Sadiman (2012:23)
“mengelompokkan media menjadi 7,
yaitu: (1) benda yang bias
didemonstrasikan, (2) komunikasi lisan,
(3) media cetak, (4)
gambar diam, (5) gambar gerak, (6)
film bersuara, dan (7) mesin belajar”.
Penggunaan berbagai jenis media dalam belajar
akan menghasilkan pengalaman belajar yang berbeda. Menurut Bruner (1966: 10-11)
bahwa “ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive),
pengalaman pictorial atau gambar (iconic) dan pengalaman abstrak (symbolic).
Tingkat pengalaman belajar ikut dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan.
Lebih lanjut tingkat tersebut terlihat melalui Dale’s of Experience berikut:
Konkrit
|
Abstrak
|
Gambar 1. Dale’s
Cone Of Experience dalam Sadiman (2012: 8)
Dale’s Cone Of Experience mengelompokkan media berdasarkan pengalaman
belajar yang dihasilkan. Berdasarkan gambar 1, semakin keatas jenis media pada
kerucut tersebut maka pengalaman belajar yang dihasilkan semakin abstrak.
Sebaliknya, semakin kebawah jenis media pada kerucut tersebut maka pengalaman
belajar yang dihasilkan semakin konkrit.
Pentingnya pemilihan media
pembelajaran merupakan suatu bagian yang tidak terlepas sebelum menggunakan
media pembelajaran yang tepat. Agar penggunaan media sesuai
dengan kebutuhannya, maka perlu diketahui kriteria pemilihan media dalam
belajar.
Kriteria pemilihan
media menurut Arsyad (2010:75) sebagai berikut:
1. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Tepat
untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.
3. Praktis,
luwes, dan bertahan.
4. Guru
terampil menggunakannya.
5. Pengelompokan
sasaran.
6. Mutu
teknis.
Bardasarkan uraian tersebut,
pemilihan media yang baik dalam penelitian ini adalah:
a)
Sesuai dengan
tujuan instruksional
b)
Bermanfaat bagi
siswa
c)
Sesuai dengan
karakteristik siswa
d)
Kualaitas teknis
dan tampilan
e)
Efektivitas dalam
jangka waktu yang lama.
6. Software Festo Fluidsim
Gambar 2.
Tampilan software Festo Fluidsim
Software Festo Fluidsim adalah
perangkat lunak yang komprehensif untuk penciptaan, simulasi, intruksi dan
studi elektro peneumatic, elektro hidrolik dan sirkuit digital. Semua fungsi
program berinterksi dengan lancar, menggabungkan berbagai bentuk media dan
sumber pengetahuan dengan cara yang mudah diakses. Festo Fluidsim menyatukan digram sirkuit editor intuitif dengan
deskripsi rinci dari semua komponen, komponen foto, animasi tampilan sectional,
dan video terurut. Oleh karena itu Festo
Fluidsim sangat cocok tidak hanya digunakan dalam pelajaran tetapi juga
sebagai program belajar sendiri. Inti dari simulasi ini tidak perlu takut
perbandingan dengan program khusus yang lebih mahal.
Meskipun kompleks model fisik
dan tempat prosedure matematika simulasi adalah sangat cepat. Software Festo Fluidsim ini mempunyai fasilitas
yang dapat digunakan untuk:
a.
Mengenalkan
simbol-simbol komponen peneumatic dan elektro peneumatic.
b.
Melihat Deskripsi
dari komponen-komponen peneumatic dan elektro peneumatic.
c.
Melihat foto bentuk
komponen sesuai dengan simbolnya.
d.
Menggambar
rangkaian peneumatic dan elektro peneumatic.
e.
Menguji rangkaian
peneumatic dan elektro peneumatic yang dibuat.
f.
Melihat simulasi
dan proses kerja rangkaian peneumatic dan elektro peneumatic yang dibuat.
Langkah-langkah mengoperasikan software Festo Fluidsim adalah sebagai
berikut :
1. Buka aplikasi SoftwareFesto
Fluidsim Yang sudah terinstal pada sebuah komputer
2. Untuk memilih komponen-komponen pada sistem elektro
peneumatic pilih pada menu My File
3. Mengenal komponen-komponen yang dibutuhkan pada sebuah
rangkaian sistem pengendali
4. Mengenal simbol-simbol komponen pada sistem pengendali
elektromagnetik dan untuk memulai sebuah rangkaian pilih pada menu File kemudian klik New
5. Pilih komponen-komponen yang diperlukan pada sebuah
rangkaian sistem pengendali elektromagtetik yang akan dibuat
6. Hubungkan komponen-komponen yang telah dipilih dengan
mengklik ujung-ujung komponen yang telah dipilih
7. Setelah komponen-komponen sudah dihubungkan, kemudian Double klik pada komponen-komponen
tersebut untuk memberi simbol
8. Setelah semua komponen diberi simbol pastikan rangkaian
yang dibuat sudah benar, kemudian rangkaian siap untuk dioperasikan, untuk
mengoperasikannya klik Run pada
bagian kiri atas.
9. Operasikan rangkaian sesuai prosedur dengan menekan saklar
(push button) maka, rangkaian akan
beroperasi dan langsung disimulasikan
10. Untuk menyimpan rangkaian yang sudah dibuat pilih pada
menu File kemudian pilih Save as
7.
Media Model
Model merupakan representasi tiga dimensi dari objek
riil. Model mungkin sangat terperinci atau disederhanakan untuk tujuan
pengajaran. Model bisa menyediakan pengalaman belajar yang objek riil tidak
bisa lakukan. Menyediakan kumpulan model merupakan layanan standar dari
sebagian besar
pusat media. Misalkan model tersebut berbentuk model rakitan yaitu representasi
yang disederhanakan dari perangkat yang rumit, umum ditemui dalam pendidikan
kejuruan.
Dengan menyoroti unsur-unsur penting dan menghilangkan
detail-detail yang mengalihkan perhatian, model berbentuk rakitan akan bisa
memperjelas hal-hal yang kompleks. Biasanya pembelajaran model menggunakan
metode demonstrasi, dimana merupakan suatu cara penyampaian informasi yang
mirip dengan ceramah dan ekspositori, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit dan siswa lebih banyak
dilibatkan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran berbentuk model adalah pembelajaran yang berpusat pada guru agar
dapat menggunakan waktu dengan efisien. Dengan demikian materi pelajaran dapat
disampaiakan lebih luas. Dalam pelaksanaannya untuk menjelaskan uraiannya, guru
menggunakan alat-alat benda nyata dari sebuah materi pembelajaran yang
disampaikan.
8. Efektivitas Software Festo
Fluidsim
Menurut Soemadi Suryabrata
(2002: 8) efektivitas diartikan sebagai tindakan atau usaha yang membawa hasil.
Keefektivan dapat juga dikatakan tercapainya sebuah tujuan untuk bidang
tertentu. Berdasarkan kurikulum SMKN 1 Lembah melintang, pembelajaran dikatakan
efektif jika memenuhi syarat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar siswa,
yaitu jika peserta didik mampu menyelesaikan, menguasai tiap-tiap indikator
Kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran 70% dari seluruh tujuan
pembelajaran. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu
menyelesaikan atau mencapai minimal 70% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah
peserta didik yang ada dikelas tersebut. Pelaksanaan penggunaan software Festo Fluidsim dalam
pembelajaran peneumatic merupakan bagian dari keefektifan peningkatan
kompetensi siswa.
Berdasarkan definisi
efektivitas diatas maka penerapan media software
Festo Fluidsim dalam pembelajaran peneumatic dapat diartikan sebagai
keberhasilan yang dicapai setelah terjadinya proses penggunaan software Festo Fluidsim tersebut dan
keberhasilan kelas tersebut dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu
menyelesaikan, menguasai tiap-tiap indikator Kompetensi atau mencapai tujuan
pembelajaran minimal 70% dari seluruh tujuan pelajaran Mengoperasikan Sistem
Pengendali Elektromagnetik. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta
didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 70% sekurang-kurangnya 85%
dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut.
B. Penelitian
yang
Relevan
1. Rudyk Widiyanto (2009) “Pemanfaatan program Festo Fluidsim untuk media pembelajaran”. Tugas Akhir Skripsi
Universitas Negeri Semarang.
Hasil penelitan ini menunjukkan
bahwa: (1) Hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan pada mata
pelajaran Peneumatic di SMK Negeri 2 Kendal yang dijarkan tanpa media Festo Fluidsim dengan yang diajarkan
menggunakan media Festo Fluidsim. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil nilai rata-rata belajar kognitif mengalami
peningkatan dari 66,67 pada siklus I menjadi 75,89 pada siklus II dan
ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan dari 58,33 % pada siklus I
menjadi 91,67 % pada siklus II ; (2). Hasil belajar efektif pada siklus I
diperoleh nilai rata-rata 65,40 dengan ketuntasan secara klasikal 58,3%,
meningkat menjadi 72,30 dengan ketuntasan secara klasikal 86,1 % pada siklus
II.
2. Dian Dwi, Adyatma (2013) “Efektivitas penggunaan Festo Fluidsim sebagai media
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peneumatic siswa kelas XII di SMK
muda Patria Kalasan”. Tugas Akhir Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa :Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
efektivitas pembelajaran media Festo Fluidsim masuk dalam kriteria sedang yaitu
dengan indeks normalized gain sebesar 0.36. Efektivitas media pembelajaran konvensional
masuk dalam kriteria rendah yaitu dengan indeks normalized gain sebesar 0.03
dan peningkatan hasil belajar dengan media pembelajaran Festo Fluidsim lebih
baik dibanding dengan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan media
konvensional pada mata pelajaran peneumatic kelas XII SMK Muda Patria Kalasan.
C. Kerangka Konseptual
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi menjadikan SMK secara
keseluruhan harus siap bersaing dan mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia
kerja.Desain pembelajaran diupayakan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan secara efektif.Mata pelajaran MSPE merupakan mata pelajaran
produktif yang kegiatan belajarnya bersifat teoritis dan aplikatif.Kendala yang
dihadapi dalam membuktikan materi teoritis adalah kurangnya media pembelajaran
yang relevan dengan tujuan pembelajaran.Kondisi ini berakibat kegiatan belajar
produktif bersifat verbal sehingga tujuan pembelajaran sulit tercapai.
Hasil belajar siswa ditentukan oleh kualitas proses
pembelajaran. Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu:
karakteristik siswanya. Hasil belajar
dikatakan efektif apabila memenuhi syarat ketuntasan belajar, yaitu jika
peserta didik mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mancapai tujuan
pembelajaran minimal 75% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan
keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan
atau mencapai minimal 70% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang
ada dikelas tersebut.
Konsep
pemikiran di atas digambarkan dalam bagan kerangka konseptual berikut:
Pembelajaran menggunakan
Media Festo Fluidsim
|
Hasil belajar
|
Pembelajaran
menggunakan Media sebelumnya
|
Hasil belajar
|
Perbandingan
Hasil belajar
|
Gambar
3. Kerangka Konseptual
Penelitian ini
dilakukan dengan melakukan percobaan terhadap dua kelas. Kelas eksprimen
merupakan kelas pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim pada mata
pelajaran Mengoperasikan sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI
Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1 Lembah Melintang. Kelas kontrol
merupakan kelas pembelajaran model sebelumnya pada mata pelajaran Mengoperasikan sistem Pengendali
Elektromagnetik siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1
Lembah Melintang. Dimana kelas eksperimen atau kelas yang diberi perlakuan
diharapkan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan kelas yang kontrol atau yang
tidak diberi perlakuan.
D. Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan kajian
teori maka dapat dibuat hipotesis :
Ha : Hasil
belajar siswa menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim lebih tinggi dari media
model nyata pada siswa kelas XI TITL SMKN 1 Lembah
Melintang pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik.
METODE
PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut
Sudjana (2001: 31)
desain penelitian menunjukkan kerangka konseptual, sebagaimana eksperimen itu
dilakukan. Desain penelitian memaparkan bagaimana masalah diteliti berdasarkan
kerangka yang sistematis. Penelitian tentang Perbedaan
hasil belajar siswa menggunakan media software
Festo Fluidsim dan model nyata pada
mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI
TITL SMKN 1 Lembah Melintang.
Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dengan desain posttest
control group design (Sugiyono, 2009:112). Penelitian yang
dilakukan bersifat quasi eksperimen (eksperimen semu). Dalam penelitian ini
siswa dibagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan yang hendak dicapai
oleh peneliti ini adalah hasil belajar siswa menggunakan media .festo fluidsim lebih tinggi dibanding model
nyata. Media pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif jika dalam
penggunaannya kompetensi pembelajaran dapat dicapai. Perubahan tersebut dapat
dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa kelas XI TITL pada mata pelajaran
Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik.
Jenis
penelitian ini adalah penelitian yang di kategorikan ke dalam jenis eksperimen,
karena tujuan dari penelitian ini untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Dalam penelitian ini
proses pembelajaran dilaksanakan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilakukan dengan menerapkan media festo fluidsim, sedangkan pada kelas
kontrol dengan pembelajaran model nyata. Rancangan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Rancangan Penelitian
Kelompok
|
Treatment
|
Post Test
|
Eksperimen
|
X2
|
O1
|
Kontrol
|
X1
|
O2
|
Sumber:
Lufri, (2007)
Keterangan:
XI
: Pembelajaran dengan media model
X2 :
Perlakuan dengan pembelajaran media Festo
Fluidsim
O1 : Hasil
belajar kelas eksperimen
O2 :
Hasil belajar kelas control
B. Definisi Operasional
1)
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh tindakan atau
usaha siswa kelas XI TITL di SMKN 1 Lembah Melintang untuk mendapatkan hasil,
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2)
Software Festo Fluidsim adalah salah suatu program
aplikasi komputer yang diterapkan pada siswa kelas XI TITL kelas eksperiman di
SMKN 1 Lembah Melintang sebagai media pembelajaran.
3)
Media Model
merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil. Model bisa menyediakan
pengalaman belajar yang objek riil tidak bisa lakukan yang diterapkan pada siswa
kelas XI TITL kelas kontrol di SMKN 1 Lembah Melintang.
4)
Hasil belajar siswa kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang adalah indikator
dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan dalam sistem
pendidikan nasional.
5)
SMK Negeri 1 Lembah Melintang adalah suatu lembaga pendidikan yang terletak
di daerah Kuamang, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi
Sumatera Barat.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK
Negeri 1 Lembah Melintang berlokasi di Kuamang Ujung Gading , Kecamatan Lembah
melintang, , Kab. Pasaman Barat. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester
Ganjil tahun ajaran 2016
- 2017.
D. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Negeri 1
Lembah Melintang yang mengikuti mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali
Elektromagnetik sebanyak dua kelas dengan jumlah populasi siswa sebanyak 59
siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari
elemen-elemen populasi (Indriantoro, 1999: 115) yang karakteristiknya hendak
diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi. Yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang yang
mengikuti mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik,
sebab menurut Arikunto (2004: 120) jika populasi dibawah 100 orang, maka
keseluruhan populasi akan dijadikan sampel. Pada penelitian ini kelas
eksperimen dan kontrol diambil dengan
teknik purposive random sampling
yaitu mengambil siswa dalam kelas dengan pertimbangan peserta didiknya memiliki
kemiripan pengetahuan sistem kontrol elektromegnetik. Dua kelas sebagai sampel
penelitian, satu kelas digunakan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas
yang lainnya sebagai kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini baik yang konvensional maupun yang menggunakan media
pembelajaran berbasis komputer menggunakan alat pengumpulan data berbentuk tes.
Tes yang dipakai adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang dipergunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada
murid-murid atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. Purwanto,
(2006: 33).
Tes yang digunakan bertujuan
untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa ranah kognitif untuk posttest,
metode posttest dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol, kelas eksperimen akan diberi perlakuan berupa media pembelajaran Festo Fluidsim dan kelas kontrol
berjalan tanpa diberi perlakuan atau menggunakan media pembelajaran model,
setelah itu kedua kelas tersebut diberikan posttest, posttest dilakukan
sebanyak 1 kali setelah selesai dalam memberikan materi, soal posttest diambil
dari kisis-kisi soal sesuai silabus, software Festo Fluidsim dan buku panduan peneumatic.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,
2009: 102). Instrumen atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini
adalah test. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara-cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan.
Soal
tes disusun berdasarkan materi dan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
kurikulum. Penilaian yang digunakan dalam soal tes ini adalah apabila dapat
dijawab dengan benar skornya 1, dan jika jawaban salah maka skornya 0. Sebelum soal tes digunakan maka dilakukan
ujicoba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya
beda soal tersebut sesuai dengan kisi-kisi tes yang di ambil dari silabus.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur dan mengumpulkan data dalam penelitian sehingga lebih mudah diolah.
Berikut langkah-langkah menyusun instrumen:
a.
Menetapkan variabel
Menetapkan sebuah obyek dalam
penelitian yang memiliki ciri khusus serta memungkinkan untuk diobservasi dan
diukur.
b.
Membuat definisi operasional variabel
Menjelaskan definisi dari
kata-kata kunci yang terdapat dalam judul penelitian agar diperoleh kesamaan
pengertian dan komunikasi ilmiah tanpa menmbulkan bias dan salah pengertian.
c.
Menyusun kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrumen diambil
dari silabus kelas XI semester 1 mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali
Elektromagnetik mengenai mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali
elektromagnetik. Kisi-kisi tes dibuat dalam bentuk kolom, dipaparkan dari hal yang lebih
luas ke hal yang lebih sempit maknanya. Soal posttest adalah setara, sehingga
uji coba cukup dilakukan sekali untuk mengukur validitas dan reliabilitas
instrumen test. Kisi-kisi instumen posttest bisa dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3.
Kisi-kisi instrumen posttest berjumlah 45
soal
NO
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Jumlah Item
|
1
|
Mengoperasikan mesin produksi
dengan pengendali elektromagnetik
|
§ Rangkaian
kendali DOL dijelaskan
|
5
item
|
§ Rangkaian
kendali motor dari beberapa tempat dijelaskan
|
10
item
|
||
§ Rangkaian
kendali berurutan dijelaskan
|
10
item
|
||
§ Rangkaian
kendali motor AC 1 fasa dijelaskan
|
10
item
|
||
§ Rangkaian kendali dua arah putaran motor 1 fasa
dijelaskan
|
10
item
|
d.
Menyusun instrumen
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah soal tes pilihan ganda. Soal tes disusun berdasarkan enam
komponen indikator pencapaian yang
terdapat pada silabus kelas XI TITL semester 1 mata pelajaran Mengoperasikan
Sistem Pengendali Elektromagnetik. Macam tes dibuat dari yang mudah ke yang
sulit untuk dapat menerapkan pemahaman yang runtut.
Posttest adalah evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sesudah diberi perlakuan dalam
pembelajaran sistem kendali elektromagnetik melalui media software festo fluidsim.
e.
Mengujicobakan instrumen
Untuk mendapatkan instrumen
yang valid dan handal penelitian perlu dilakukan uji coba, pelaksanaannya adalah
penentuan responden uji coba, pelaksanaan uji coba dan analisis uji coba
instrumen.
Responden uji coba dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI TITL A SMKN 1 Pariaman yang mengikuti mata pelajaran
Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik. Pelaksanaan uji coba dengan
soal test pilihan ganda pada responden uji coba
G. Validasi dan Reliabilitas Instrumen
1.
Validitas instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto
(2010: 201), validitas adalah tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang
valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk
menentukan validitas masing-masing soal tes, digunakan rumus korelasi biserial
titik (rpbis) seperti yang diuraikan oleh Arikunto (2013:93) berikut
:
Keterangan :
γ
pbi = Koefisien korelasi biserial, dalam hal ini dianggap
sebagai
koefisien validitas item.
Mp = Skor rerata hitung dari siswa yang
menjawab betul
Mt = Skor rerata dari skor total
St
= Standar deviasi dari skor total
p
= Proporsi siswa yang menjawab
benar
q =
Proporsi siswa yang menjawab salah
Kriteria dalam pengujian validitas
sebagai berikut :
rtabel atau rt
pada taraf signifikasi 5 %,
jika γ pbi> rtabel dikatakan valid, dan γ pbi< rtabel dikatakan
tidak valid.
Hasil
perhitungan dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment dengan signifikansi 5 %.
Jika kritis maka butir soal valid.
Selanjutnya
instrumen yang sudah divalidasi di uji cobakan kesubyek survey dan untuk subyek
survey uji coba instrumen dilaksanakan di SMKN 1 Lembah Melintang pada siswa
kelas XI TITL yang mengikuti mata pelajaran mengoperasikan sitem pengendali
elektromagnetik.
2. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan untuk
memperoleh gambaran kesenjangan suatu instrumen penelitian yang akan digunakan
sebagai alat pengumpul data. Realibilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Seandainya terjadi
perubahan hasil , perubahan itu dapat dikatakan tidak berarti (Suharsimi
Arikunto, 2010: 213). Reliabilitas merupakan
ketepatan suatu tes apabila dites kepada subyek yang sama. Realibilitas tes
diukur dengan menggunakan metode kuder Richardson-20 (KR-20) seperti yang
dikemukan Arikunto (2013:115) yaitu:
;
Keterangan :
r11 =
Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi
subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi
subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
Ʃpq = Jumlah hasil perkalian p dan q
n =
Banyaknya item
S = Standar
deviasi dari tes
Sebagai tingkat
realibilitas soal digunakan skala yang dikemukakan oleh Slameto (1991:215)
yaitu:
Tabel 4. Klasifikasi Indeks Reliabilitas
Indeks
Realibilitas
|
Klasifikasi
|
0,00 – 0,20
|
Sangat Rendah
|
0,21 – 0,40
|
Rendah
|
0,41 – 0,60
|
Sedang
|
0,61 – 0,80
|
Tinggi
|
0,81 – 1,00
|
Sangat Tinggi
|
3. Tingkat
Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran
seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat
kesukaran seimbang (proporsional),
maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak
terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Rumus yang digunakan untuk
menghitung tingkat kesukaran (Suharsimi Arikunto, 2009: 208) :
P =
Keterangan :
P = indeks
tingkat kesukaran
B = jumlah siswa
yang menjawab benar
JS = jumlah
seluruh siswa peserta tes
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai Indeks Kesukaran
|
Tingkat Kesukaran
|
0,00 < = P < = 0,30
0,31 < = P < = 0,70
0,71 < = P < = 1.00
|
Sukar
Sedang
Mudah
|
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suato soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
D = Daya pembeda
J = Banyaknya siswa
Ja = Banyaknya siswa pada kelompok atas
Jb = Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Ba = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab
dengan benar
Bb = Banyaknya siswa kelompok bawah yang
menjawab dengan benar
Menurut Arikunto (2009: 218), hasil perhitungan
dikonsultasikan atau disesuaikan dengan klasifikasi daya pembeda :
Tabel
6. Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai
|
Tingkat Daya Pembeda
|
0,00 ≤ D ≤ 0,20
0,20 ≤ D ≤ 0,40
0,40 ≤ D ≤ 0,70
0,70 ≤ D ≤ 1,00
Negative
|
Jelek (poor)
Cukup (satisfactory)
Baik (good)
Sangat baik (excellent)
Sebaiknya dibuang saja
|
H. Teknik Analisa Data
1. Teknik
Pendeskripsian data
Pendeskripsian
data dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap populasi yang menyangkut
variabel-variabel yang digunakan, berdasarkan data yang diperoleh. Data yang
dideskripsikan adalah data kemampuan awal dan prestasi belajar dari
masing-masing kelompok yang meliputi: jumlah siswa, rata-rata serta standar
deviasi.
2. Uji Persyaratan
Analisis
Teknik
analisis data yang dipakai adalah dengan menggunakan statistik uji-t.
perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan kalkulator dan
bantuan komputer program Microsoft Exel 2007 agar data yang diperoleh dapat dianalisis dengan
analisis uji-t, maka sebaran data harus normal dan homogen. Untuk itu dilakukan
uji prasyarat analisis data yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas.
a.
Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk
mengetahui sebaran data. Pada penelitian ini dilihat apakah data terdistribusi
normal atau tidak terdistribusi normal. Untuk mengetahui normal atau tidaknya
sebaran data yang diperoleh salah satunya dengan menggunakan rumus:
(Riduwan, 2006:125)
Keterangan:
X2 = Hasil perhitungan Chi Kuadrat
f0 = Frekuensi yang diobservasi
fe = Frekuensi yang diharapkan
Harga Chi Kuadrat yang digunakan adalah
taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk = k – 1 Kriteria uji normalitas, apabila x2hitung<x2tabel
maka data tersebut berdistribusi normal, jika x2hitung>x2tabel
maka data tersebut berdistribusi tidak normal.
b. Uji
Homogenitas
Uji homogenitas varians bertujuan untuk
mengetahui apakah pasangan data yang akan diuji perbedaannya mewakili variansi
yang tergolong
homogen (tidak berbeda). Hal ini dilakukan karena untuk menggunakan uji beda,
maka varians dari kelompok data yang akan diuji harus homogen. Untuk menguji
homogenitas varians tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
(Sudjana,
2005:249)
Keterangan :
F = Koefisien
Ftes
= Variansi kelompok 1 (yang besar)
= Variansi
kelompok 2 (yang kecil)
Selanjutnya nilai F yang diperoleh
dibandingkan terhadap Ftabel. Kriteria pengujiannya adalah dengan membandingkan Fhitung< Ftabel.
Jika Fhitung< Ftabel, maka varians dinyatakan homogen dan
sebaliknya jika Fhitung> Ftabel, maka variansnya tidak homogeny. Dengan menggunakan
taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan n– 1.
3.
Uji
Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan
uji kesamaan dua rata-rata. Hasil uji normalitas dan homogenitas menimbulkan
beberapa kemungkinan yaitu: jika data terdistribusi normal dan dua kelompok
data homogen, maka dalam pengujian hipotesis statistik digunakan uji- t. Menurut Sudjana (2005: 241), rumus yang dapat digunakan adalah:
(Sudjana,
2005: 241)
Keterangan:
t = Nilai t yang
dihitung
= Nilai
rata-rata kelas eksprimen
= Nilai
rata-rata kelas kontrol
S1 = Standar deviasi kelas eksprimen
S2 = Standar deviasi kelas kontrol
S = Standar deviasi gabungan
n1 = Jumlah siswa kelas eksprimen
n2 = Jumlah
siswa kelas kontrol
Nilai t hasil perhitungan
dibandingkan dengan nilai t tabel.
Adapun ketentuan untuk penerimaan hipotesis penelitian adalah:
1.
Ho
diterima apabila harga t hitung (th) lebih kecil daripada t tabel (tt) atau thitung< ttabel ,
dan sekaligus menolak Ha.
2.
Ho
ditolak apabila harga t hitung (th) lebih besar daripada t tabel (tt),
dan sekaligus menerima Ha.
Ha :
Terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar yang
menggunakan media
festo
fluidsim
dengan dengan hasil belajar yang
menggunakan model nyata.
BAB
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 1 Lembah Melintang Jurusan Teknik Instalasi Tenaga
Listrik (TITL) di kelas XI tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran MSPE.
Objek pada penelitian ini adalah kelas XI TITL 2 sebagai kelas eksperimen dan
kelas XI TITL1 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan media
pembelajaran Festo Fluidsim sedangkan
pada kelas kontrol dengan model nyata. Kemudian kedua objek penelitian
diberikan posttest dengan bentuk dan
jumlah soal yang sama, sehingga di dapat data hasil dari penelitian.
Tabel
07. Rata – Rata Persentase Ketuntasan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
|
JumlahSiswa
|
Jumlah Siswa Mencapai KKM
|
Persentase Ketuntasan
|
|
Eksperimen
|
29
|
79,14
|
23
|
79,3 %
|
Kontrol
|
30
|
73,33
|
13
|
43,3 %
|
Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran MSPE
pada kelas eksperimen dengan menggunakan media pembelajaran Festo Fluidsim memiliki nilai rata-rata dan persentase
ketuntasan lebih tinggi dari pada pada kelas kontrol dengan model nyata.
1.
Data hasil belajar siswa kelas eksperimen
dengan menerapkan media pembelajaran Festo
Fluidsim.
Data hasil belajar berupa nilai untuk
masing-masing siswa pada kelas eksperimen yang berjumlah 29 orang pada mata
pelajaran MSPE Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Litrik Semester I tahun ajaran
2016/2017. Jumlah siswa yang diajar menggunakan media Festo Fluidsim sebanyak 29 orang kelas XI TITL 2. Setelah diperoleh nilai post-test, maka terlihat bahwa nilai
tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah 95 dan nilai terendah 67,5 ( lihat
lampiran 17). Jumlah nilai keseluruhan untuk siswa yang berjumlah 29 orang
adalah 2295 dengan nilai rat-rata 79,14 dan standar deviasi 6,49. Untuk lebih
lengkapnya rentang interval skor data nilai hasil postest MSPE Kelas Eksperimen dapat dilihat pada Tabel 08. berikut
dan juga dapat dilihat pada lampiran 18.
Tabel 08.
Distribusi data post-test kelas eksperimen
Kelas interval
|
Interval nilai
|
F
|
nilai tengah (Xi)
|
Xi²
|
f . Xi
|
f . Xi²
|
1
|
65.00 - 69.00
|
2
|
67
|
4489,00
|
134,00
|
8978,00
|
2
|
70.00 - 74.00
|
4
|
72
|
5184,00
|
288,00
|
20736,00
|
3
|
75.00 - 79.00
|
6
|
77
|
5929,00
|
462,00
|
35574,00
|
4
|
80.00 - 84.00
|
11
|
82
|
6724,00
|
902,00
|
73964,00
|
5
|
85.00 - 89.00
|
4
|
87
|
7569,00
|
348,00
|
30276,00
|
6
|
90.00 - 94.00
|
1
|
92
|
8464,00
|
92,00
|
8464,00
|
7
|
95.00 - 99.00
|
1
|
97
|
9409,00
|
97,00
|
9409,00
|
Jumlah
|
29
|
2323,00
|
187401,00
|
Untuk lebih jelasnya dapat di gambar
dengan grafik histogram skor postest
kelas eksperimen.
Gambar
4. Grafik Histogram Skor Postest
Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel distribusi data postest dan grafik histogram skor postest
kelas eksperimen terlihat berbagai nilai yang cukup bervariasi. Dimana nilai
tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 95 sedangkan nilai terendah yang diperoleh
siswa yaitu 67,5 dengan jumlah siswa pada kelas eksperimen yaitu 29 orang.
2.
Data
hasil belajar siswa kelas kontrol dengan menerapkan media pembelajaran model
nyata.
Data
hasil belajar berupa nilai untuk masing-masing siswa pada kelas kontrol yang
berjumlah 30 orang pada mata pelajaran MSPE Jurusan Teknik Instalasi Tenaga
Listrik Semester I tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang diajar menggunakan
model nyata sebanyak 30 orang
kelas XI TITL 1. Setelah diperoleh nilai
postest, maka terlihat bahwa nilai
tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah 87,5 dan nilai terendah 65 ( lihat
lampiran 17). Jumlah nilai keseluruhan untuk siswa yang berjumlah 30 orang
adalah 2200 dengan
nilai rat-rata 73,33 dan standar deviasi 6,67.. Untuk lebih lengkapnya rentang
interval skor data nilai hasil postest MSPE Kelas Kontrol dapat dilihat pada
Tabel 09 berikut dan juga dapat dilihat pada lampiran 19.
Tabel 09. Distribusi data post-test kelas kontrol
Kelas interval
|
Interval nilai
|
F
|
nilai tengah (Xi)
|
Xi²
|
f . Xi
|
f . Xi²
|
1
|
65.00 - 69.00
|
8
|
67
|
4489,00
|
536,00
|
35912,00
|
2
|
70.00 - 74.00
|
9
|
72
|
5184,00
|
648,00
|
46656,00
|
3
|
75.00 - 79.00
|
7
|
77
|
5929,00
|
539,00
|
41503,00
|
4
|
80.00 - 84.00
|
3
|
82
|
6724,00
|
246,00
|
20172,00
|
5
|
85.00 - 89.00
|
3
|
87
|
7569,00
|
261,00
|
22707,00
|
Jumlah
|
30
|
2230,00
|
166950,00
|
Untuk
lebih jelasnya dapat di gambar dengan grafik histogram skor postest kelas
kontrol
Gambar
5. Grafik Histogram Skor Post-test Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel distribusi data postest dan grafik histogram skor
postest kelas kontrol terlihat berbagai nilai yang cukup bervariasi. Dimana
nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik yaitu 87,5 sedangkan nilai
terendah yang diperoleh peserta didik yaitu 65 dengan jumlah peserta didik pada
kelas kontrol yaitu 30 orang.
B.
Uji Persyaratan Analisis
1.
Uji Normalitas
Pengujian
normalitas dilakukan untuk menguji asumsi bahwa data-data yang terdapat dalam
satu penelitian berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Chi Kuadrat ( data untuk setiap variabel penelitian dapat
dikatakan terdistribusi normal apabila nilai dengan taraf signifikansi 5%. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran 19). hasil Perhitungan
uji Normalitas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Uji Normalitas Kelas
Eksperimen XI TITL 2 dan Kelas Kontrol XI TITL 1
No
|
Kelas
|
N
|
||
1
|
Eksperimen XI TITL 2
|
29
|
3,05
|
9,49
|
2
|
Kontrol XI TITL 1
|
30
|
4,91
|
7,82
|
Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa
harga Chi Kuadrat dari kelas eksperimen sebesar 3,05 dengan dk = 5 - 1,
kemudian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dibandingkan dengan Chi Kuadrat Tabel
pada taraf signifikansi 0,05, maka
didapat harga Chi Kuadrat Tabel sebesar
9,49 dengan demikian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dari perhitungan,
nilainya dibawah harga Chi Kuadrat Tabel = 3,05 ≤ 9,49. Jadi, dapat disimpulkan
hasil postest kelas Eksperimen XI TITL 2 dalam Penelitian Ini berkontribusi
Normal.
Selanjutnya kelas kontrol nilai Chi
Kuadrat hitung sebesar 4,91 dengan dk = 4
- 1, kemudian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dibandingkan dengan Chi Kuadrat
Tabel pada taraf signifikansi 0,05, maka
didapat harga Chi Kuadrat Tabel sebesar 7,82
dengan demikian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dari perhitungan, nilainya
dibawah harga Chi Kuadrat Tabel = 4,91 ≤ 7,82 Jadi, dapat disimpulkan hasil postest kelas kontrol XI TITL 1 dalam
Penelitian Ini berkontribusi Normal.
2.
Uji
Homogenitas
Pengujian homogenitas untuk
mengetahui apakah kedua sampel memiliki varians yang homogen atau tidak,
dilakukan dengan uji F yaitu varians terbesar dibagi dengan varians terkecil.
Hasil perhitungan untuk uji homogenitas
dapat dilihat pada Tabel 11 juga dapat dilihat pada (lampiran 20).
Tabel
11. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.
Kelas
|
Fhitung
|
Ftabel
|
Kesimpulan
|
|
Eksperimen
|
0,05
|
1,03
|
1,89
|
Homogen
|
Kontrol
|
Pengambilan kesimpulan digunakan
kriteria pengujian jika Fhitung ≥ Ftabel berarti tidak
homogen, dan jika Fhitung ≤ Ftabel berarti homogen. Maka
dari tabel di atas diperoleh Fhitung≤ Ftabel atau 1,03≤ 1,89 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
sampel memiliki varians yang homogen.
Setelah dilaksanakan uji normalitas dan
uji homogenitas dan diperoleh data hasil postest
pada mata pelajaran MSPE adalah berdistribusi normal dan kedua sampel memiliki
varians yang homogen maka dapat dilanjutkan untuk pengujian hipotesis.
C.
Uji
Hipotesis
Analisa pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji t. Hasil
uji hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel
12. Hasil Uji Persamaan Rata – rata Post-test
Kelas
|
N
|
thitung
|
Ttabel
|
Kesimpulan
|
|
Eksperimen X TITL 2
|
29
|
79,14
|
3,398
|
1,672
|
Ha diterima
|
Kontrol X TITL 1
|
31
|
73,33
|
Sesuai
dengan kriteria pengujian, jika pada taraf signifikan 0,05 dengan dk = n1 + n2 – 2, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Jika ≤ pada taraf signifikan 0,05 dengan dk = n1
+ n2 – 2, maka
Ho diterima dan Ha ditolak. berdasarkan uji t diperoleh atau 3,398 pada taraf signifikan 0,05, dengan dk = n1
+ n2- 2 = 29 + 30 – 2 = 57. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian terdapat perbedaan hasil
belajar antara siswa yang diberi perlakuan media pembelajaran Festo Fluidsim dengan hasil belajar
siswa dengan diberikan perlakuan model nyata
pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali elektromagnetik (MSPE)
kelas XI TITL di SMK Negeri 1 Lembah Melintang Kab. Pasaman Barat. Dimana hasil
belajar siswa yang diberi perlakuan media pembelajaran Festo Fluidsim memperoleh hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak diberi media pembelajaran Festo Fluidsim.
D.
Pembahasan
Hasil Penelitian
Pada
penelitian eksperimen ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol bertolak dari
kondisi awal yang sama. Kondisi awal yang berarti bahwa kondisi kedua kelas
sama-sama dilihat dari nilai UH pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem
Pengendali Elektromagnetik pada masing-masing siswa. Dari nilai UH tersebut,
maka dilakukan analisis data apakah kedua kelas bisa digunakan sebagai subjek
penelitian pada mata pelajaran MSPE. Setelah dilakukan analisis data maka yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI TITL1 sebagai kelas kontrol dan
siswa kelas XI TITL2 sebagai kelas eksperimen di SMK Negeri 1 Lembah Melintang
Pasaman Barat.
Berdasarkan
keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua kelas bertolak pada titik
yang sama. Oleh karena itu, untuk kegiatan penilaian selanjutnya kedua kelas
dapat diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberikan
perlakuan dengan menerapkan media pembelajaran
Festo Fluidsim dan kelas kontrol
diberikan perlakuan dengan menerapkan model nyata. Setelah dilakukan
pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas sampel maka diakhir
pembelajaran dilakukan posttest.
Dari hasil posttest didapatkan nilai tertinggi
kelas eksperimen 95 dengan rata-rata 79,14 sedangkan untuk kelas kontrol nilai tertinggi
87,5 dengan rata-rata 73,33. Sebelum nilai posttest
dianalisis untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas. Setelah diketahui data berdistribusi normal dan kedua
sampel memiliki varians yang homogen maka pengujian hipotesis dapat dilakukan.
Perbedaan hasil
belajar antara kedua kelas disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada
kelas eksperimen dengan menerapkan media pembelajaran Festo Fluidsim dalam proses pembelajaran. Dengan penerapan media pembelajaran
Festo Fluidsim siswa dituntut untuk
lebih aktif karena adanya pemberian tugas individu dalam penyelesaian soal-soal
yang diajukan. Disamping itu media pembelajaran Festo Fluidsim ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat
langsung simulasi rangkaian kendali, simbol-simbol rangkaian kendali, mengujicobakan
rangkaian kendali pada software festo
fluidsim, saling berbagi ilmu dalam suatu kegiatan kelompok, dan
menimbulkan ide-ide baru dari topik yang sudah disediakan.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan dengan hasil penelitian Rudyk Widiyanto (2009) “Pemanfaatan
program Festo Fluidsim untuk media
pembelajaran pada mata pelajaran Peneumatic di SMK Negeri 2 Kenda. Hasil
penelitian Dian Dwi, Adyatma (2013) “Efektivitas penggunaan Festo Fluidsim sebagai media
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peneumatic siswa kelas XII di SMK
muda Patria Kalasan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan media
pembelajaran Festo Fluidsim dapat
meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas secara signifikan.
Media pembelajaran
Festo Fluidsim ini merupakan salah
satu media pembelajaran berbasis komputer, dan merupakan media yang baik untuk
permulaan bagi para guru mata pelajaran mengoperasikan sistem pengendali
elektromagnetik yang menggunakan media konvesional dan juga merupakan media
tentang simulasi rangkaian kendali, jika siswa menginginkan mencoba membuat
sendiri rangkain kendali pada software
festo fluidsim ini diberikan kesempatan, siswa yang sudah bisa harus
membantu teman sekelompoknya dalam memahami tata letak komponen, simbol-simbol,
dan cara membuat sebuah rangkaian pada
topik yang telah ditentukan dan mensimulasikannya.