Rabu, 25 Januari 2017

Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan media festo fluidsim dengan media model pada mata pelajaran MSPE siswa kelas Xi TITL SMKN1 Lembah Melintang

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang akan menghasilkan lulusan yang nantinya diharapkan mempunyai lulusan yang dibutuhkan baik di dunia usaha/dunia industri. Sekolah yang mampu menghasilkan SDM yang terampil dan berkualitas lebih ditujukan kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat 2, yaitu, “Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”.

1
 
Kegiatan pembelajaran merupakan hal yang paling penting, artinya tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik. Keberhasilan proses pembelajaran ditandai dengan tercapainya tujuan belajar serta prestasi belajar yang optimal. Menurut Tu’tu (2004:75), “Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah”. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai komponen, diantaranya guru yang dianggap sebagai faktor penyebab paling berpengaruh terhadap hasil belajar. Dari uraian di atas maka setiap tamatan siswa SMK haruslah seorang yang mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, memiliki kompetensi kejuruan, kreatif dan memiliki rasa tanggung jawab serta memiliki sikap (attitude) yang baik.
Mata Pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik pada jenjang SMK  dijurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik merupakan salah satu mata pelajaran produktif dan keahlian. Mata pelajaran ini membahas tentang pengontrolan motor listrik, menganalisa rangkaian kendali, menganalisa instalasi motor-motor listrik, Programable Logic Controller (PLC) dan sistem pneumatik, sehingga dibutuhkan suatu kreatifitas siswa SMK dalam mengikuti pembelajaran ini.
Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kurikulum 1999, bahwa tujuan SMK adalah :
1.             Mengutamakan penyiapan siswa untuk memenuhi dunia kerja  serta mengembangkan sikap profesional
2.             Menyiapkan siswa agar mampu merintis karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri
3.             Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri saat ini maupun akan datang
4.             Menyiapkan tamatan agar menjadi warga yang produktif, adaptif dan kreatif.

               Mencermati uraian di atas, maka SMK dituntut untuk mengambil sikap positif dan tegas dalam menentukan identitas diri sebagai penyedia sumber daya manusia yang profesional. Pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan harapan, secara umum adalah akibat kesulitan belajar dan praktek yang dialami siswa. Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal) tersebut.
Kreativitas dapat mempunyai arti sebagai daya cipta yang ada dalam diri seseorang. Siswa yang kreatif maka dalam dirinya akan timbul suatu kerja keras dan akan berusaha menemukan hal-hal yang baru dalam meningkatkan pengetahuannya. Media festo fluidsim yang diterapkan ini akan mendukung siswa dalam penguasaan mata pelajaran di sekolah ataupun di luar sekolah. Dengan diterapkannya media festo fluidsim kemungkinan besar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa akan bertambah, sehingga dengan sendirinya akan mendukung tumbuhnya kreatifitas siswa dengan mengunakan media festo fluidsim ini sebagai penerapan dalam penguasaan mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik.
Festo Fluidsim adalah aplikasi untuk membuat rangkaian pneumatic dan elektro pneumatic yang dapat langsung disimulasikan. Software ini mempunyai tampilan yang bagus dan menarik sehingga pengguna bisa lebih mudah untuk mencari komponen-komponen yang diperlukan dalam merangkai suatu rangkaian pneumatic, akan tetapi software ini kurang di aplikasikan pada siswa padahal software ini dapat mendukung pembelajaran pneumatic. Untuk melakukan hal tersebut maka harus memerlukan pemahaman tentang konsep dasar pneumatic, seperti yang diketahui disekolah belum tentu memiliki media pembelajaran yang lengkap. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut harus didukung dengan menggunakan software festo fluidsim.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan kegiatan belajar serta penggunaan media pembelajaran di SMKN 1 Lembah Melintang diperoleh informasi bahwa belum maksimalnya pemanfaatan media sementara alat pendukung media sudah tersedia seperti proyektor, computer dan lainnya. Sebagian besar masih menggunakan media konvensional dan ada yang menggunakan media model, maka perlu diterapkan media Festo Fluidsim untuk memperagakan rangkaian pengendali elektromagnetik yang terintegrasi pada sebuah media berbentuk software Festo Fluidsim berbasis komputer. Penggunaan media dalam belajar belum optimal membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Kelemahan media model yang digunakan selama ini diantaranya sebagai berikut: (1) tidak mengarahkan siswa pada proses pemikiran kritis, kreatif, dan mandiri, (2) media yang digunakan belum maksimal dimanfaatkan sehingga hasil belajar siswa belum maksimal, (3) media tidak praktis dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran, (4) media yang digunakan lebih sering media papan tulis dan model sehingga perlu diterapkan media yang mudah dipahami dan langsung dapat disimulasikan yaitu Festo Fluidsim.
Berdasarkan persoalan tersebut sangat perlu mengimplementasikan software festo fluidsim sebagai media pembelajaran berbasis komputer dengan menggunakan software festo fluidsim, sehingga dapat memecahkan masalah-masalah yang ada. Maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Software Festo Fluidsim dan Media Model Nyata Pada Mata Pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik (MSPE) Siswa Kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang”.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.    Media pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik, sehinnga pemahaman siswa belum maksimal, maka perlu diterapkan media pembelajaran software Festo Fluidsim untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.    Hasil belajar siswa masih rendah karena media pembelajaran yang terbatas sehingga pengetahuan dan keterampilannya kurang dalam penguasaan mata pelajaran sistem kendali di sekolah, maka akan diterapkan media pembelajaran Festo Fluidsim untuk meningkatkan hasil belajarnya.
3.    Media yang diterapkan guru masih berbentuk model atau representasi tiga dimensi dari objek riil, sehingga perlu diterapkan media yang mudah dipahami dan langsung dapat disimulasikan yaitu Software Festo Fluidsim sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik.
C.      Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan, maka perlu adanya pembatasan masalah agar dapat menghilangkan timbulnya penafsiran-penafsiran yang berbeda. Maka fokus permasalahan dibatasi pada bagaimana perbedaan hasil belajar siswa kelas XI TITL di SMKN 1 Lembah Melintang menggunakan media software festo fluidsim dan model nyata pada satu standar kompetensi dasar. Penelitian ini diterapkan pada kompetensi dasar  “Mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali elektromagnetik”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 kelompok sampel supaya dapat melihat efektivitas pada kedua media pembelajaran.



D.      Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran software festo fluidsim dan media model pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI TITL di SMKN 1 Lembah Melintang?.
E.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian berbasis pneumatic ini adalah :
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan media software festo fluidsim dengan hasil belajar siswa menggunakan media model pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 1 Lembah Melintang, Tahun ajaran 2016 - 2017.
F.       Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.         Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada guru Mengoperasikan Sistem Kendali Elektromagnetik terkhususnya dan management sekolah tentang besarnya peningkatan hasil belajar siswa dengan kreativitas siswa pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Kendali Elektromagnetik
2.         Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi bahan masukan bagi lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
3.         Memberikan masukan dan dapat membuka wawasan bagi siswa-siswi SMKN 1 Lembah Melintang tentang pentingnya media festo dalam menambah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

4.         Sebagai bahan referensi penelitian yang lebih relevan bagi peneliti dikemudian hari.


BAB II
KAJIAN TEORI
A.  Deskripsi Teori
1.    Hasil Belajar
a.         Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku.Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukan dalam barbagai bentuk seperti perubahan keterampilan, pengetahuan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk stimulus yang ada dilingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan didalam dan diantara kategori-kategori (Ratna Wilis Dahar,1998:95).
Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui segenap psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, efektif, dan psikomotor.
b.        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhioleh dua faktor, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Nana Sudjana,1989: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dari dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh David Clark (1981: 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Nana Sudjana,2002: 39). Perubahan prilaku dalam proses belajara terjadi akibat dari interaksi dari lingkungan, interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Dari beberapa pendapat diatas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah suatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat alam berbagai aspek kehidupan sehingga terlihat pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif
2.    Efektivitas
Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992)kata efektif berarti ada efeknya, manjur atau mujarab dan berhasil guna. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.
The Liang Gie (1989:108) menyatakan efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya itu. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi atau komponen serta masalah tingkat kepuasan penggunaan.
Untuk mengetahui efektivitas suatu program, perlu dilakukan penilaian terhadap manfaat atau daya guna program tersebut. Penilaian manfaat atau daya guna disebut juga dengan evaluasi (Farida yusuf tayibnapis, 2000:3). Dulu, evaluasi hanya berfokus pada hasil yang dicapai.Jadi,untuk mengevaluasi opyek pendidikan, seperti halnya pendidikan hanya berfokus pada hasil yang telah dicapai peserta. Akhir-akhir ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas atau memperbanyak variabel evaluasi  dalam bermacam-macam model evaluasi.
Dalam menilai efektivitas program, Farida Yusuf  Tayibnapis(2000 :23) menjelaskan berbagai pendekatan evaluasi, yakni sebagai berikut:
a.    Pendekatan eksprimental (experimental approach)
Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu dengan mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
b.    Pendekatan yang berorientasi pada tujuan (goal ariented approach)
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Pendekatan ini amat wajar dan praktis untuk desain pengembangan program. Pendekatan ini memberi petunjuk kepada pengembang program, menjelaskan hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dengan hasil yang akan dicapai.
c.    Pendekatan yang berfokus pada keputusan (the decision focused approach)
Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini , informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan. Oleh sebab itu, evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.
d.   Pendekatan yang responsif (the responsive approach)
Pendekatan responsif menekankan bahwa evaluasi yang berarti adalah yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat,berminat danberkepentingan dengan program (stakeholder program). Evaluator menghindari satu jawaban untuk suatu evaluasi program yang diperoleh dengan memakai tes, kuesioner atau analisis statistik, sebab setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami ihwal program melalaui berbagai sudut pandang yang berbeda. Evaluasi dilakukan dengan cara pendekatan kualitatif atau naturalistik. Pengumpulan data dengan obsevasi dan wawancara, sedangkan instrumen tes atau kuisioner dilakukan sebagai data pendukung serta interpretasi data dilakukan dengan cara impresionistik. Evaluator mengobservasi, merekam,menyeleksi, mengecek pengetahuan awal peserta program, dan mencoba membuat model yang mencerminkan pandangan berbagai kelompok.
3.  Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.Apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas.
Oemar Hamalik (2003:57) Pembelajaran di SMK memiliki tujuan yang selaras dengan tujuan pokok pendidikan kejuruan yaitu:
a.         Pendidikan kejuruan mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja
b.         Pendidikan kejuruan memberikan promosi untuk kesejahtraan pada umumnya dan memberikan keterampilan untuk bertahan dalam kehidupan sehari-hari
c.         Pendidikan kejuruan memberi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan pasar kerja
d.        Pendidikan kejuruan memberikan kesempatan pendidikan  karir bagi yang memerlukannya
e.         Pendidikan kejuruan diselenggarakan dengan dukungan dunia usaha dan industri.
Pembelajaran di SMK diharapkan dapat membantu terwujudnya tujuan pendidikan kejuruan yaitu membentuk peserta didikyang mampu beradaptasi dengan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja atau industri.
4.  Mata Pelajaran MSPE
Mata Pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik (MSPE) merupakan mata pelajaran produktif bidang studi keahlian Teknik Listrik, khususnya program studi Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMKN 1 Lembah Melintang. Berdasarkan silabus yang didapatkan dari guru mata pelajaran kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang, mata pelajaran MSPE mempunyai beberapa kompetensi dasar diantaranya terlihat pada tabel 1
Tabel 1. Kompetensi Dasar Mengoperasikan Pengendali Elektromagnetik
Kompetensi Dasar
Indikator
1.4. Mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali elektromagnetik



§  Rangkaian kendali DOL dijelaskan
§  Rangkaian kendali motor dari beberapa tempat dijelaskan
§  Rangkaian kendali berurutan dijelaskan
§  Rangkaian kendali motor AC 1 fasa dijelaskan
§  Rangkaian kendali dua arah putaran motor 1 fasa dijelaskan
Materi ini mengajak siswa berfikir kritis memahami rangkaian kendali DOL (Direct Online), rangkaian kendali dari beberapa tempat, rangkaian kendali berurutan, rangkaian kendali motor Ac 1 fasa dan rangkaian kendali membalik putaran motor 1 fasa. Setelah materi ini dipahami oleh siswa, siswa mampu memahami rangkaian kendali dan diagram kerja rangkaian operasi pada sistem pengendali elektromagnetik, mengidentifikasi fungsinya. Menjelaskan prinsip kerja rangkaian sistem kendali elektromagnetik diharapkan siswa mampu menyebutkan fungsi dan diagram kerja komponenoperasi pada sistem pengendali elektromagnetik, kemudian dilakukan pembuktian kebenaran rangkaian pengendali pada software festo fluidsim.
Berdasarkan karakteristik mata pelajaran di atas, maka media berbentuk model, replika dan software cocok digunakan sebagai upaya mengenal komponen-komponenpada kendali elektromagnetik atau masalah untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Media ini mampu memproyeksikan materi yang bersifat konvensional menjadi media yang dapat disimulasikan langsung menggunakan komputer. Media Festo fluidsim bisa digunakan untuk mengenal komponen-komponen, membuat rangkaian kendali dan mensimulasikan rangkaian kendali elektromagnetik dalam bentuk media pembelajaran berbasis komputer.
Berdasarkan silabus dan rencana persiapan pembelajaran (RPP) yang ada di SMKN 1 Lembah Melintang, mempunyai standar kompetensi “Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik” dan kompetensi dasar  “Mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali elektromagnetik” sedangkan berdasarkan Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) disana siswa memperoleh materi peneumatic antara lain:
a)    Rangkaian kendali direct online (DOL)
b)   Rangkaian kendali dari beberapa tempat
c)    Rangkaian kendali berurutan
d)   Rangkaian kendali motor 1 fasa
e)    Rangkaian kendali membalik arah putaran motor 1 fasa
Materi-materi peneumatic yang ada pada silabus dan RPP SMKN 1 Lembah Melintang tersebut akan dijadikan acuan untuk membuat kisi-kisi instrumen penelitian.


5.  Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral, dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Pembelajaran di SMK diharapkan dapat membantu terwujudnya tujuan pendidikan kejuruan yaitu membentuk peserta didikyang mampu beradaptasi dengan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja atau industri.
Untuk memperjelas pemaknaan media, maka perlu diketahui ciri-ciri media itu sendiri. Gerlach & Ely (1971) dalam Arsyad (2010: 12) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya. Ciri-cirinya adalah:

1.    Ciri Fiksiatif
Ciri fiksiatif merupakan ciri yang memungkinkan media memiliki kemampuan merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa, materi atau objek. Berdasarkan ciri fiksiatif, materi yang diajarkan menggunakan media bisa diulang dan ditransformasikan kembali kapanpun dengan gaya yang sama.
2.    Ciri manipulative
Ciri manipulatif memungkinkan suatu materi, objek, benda, mekanisme kerja dan sebagainya dapat ditransformasikan ke bentuk media lain. Suatu sistem yang kompleks bisa disederhanakan ke bentuk media sehingga mudah diajarkan tanpa mengurangi tujuan dan makna esensial dari sistem tersebut.
3.    Ciri distributive
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut. Apabila media yang dihasilkan diterapkan ke tempat lain, media harus memberikan stimulus dan pengalaman belajar yang sama.
Pada hakekatnya, media digunakan dalam pembelajaran untuk membantu memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Sudjana & Rivai (2011:2) mengemukakan “manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
1.    Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motibasi belajar.
2.    Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya.
3.    Metode mengajar akan lebih bervariasi.
4.    Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan”.
Hamalik (1986) dalam Arsyad (2010:14) mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat     membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi”.
Selain memberikan manfaat dan dampak positif dalam pembelajaran, media juga mempunyai kegunaan. Menurut Sadiman(2012:17-18) “ secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1.        Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2.        Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3.        Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a.         Menimbulkan kegairahan belajar.
b.         Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c.         Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4.        Keberagaman lingkungan dan pengalaman siswa:
a.         Memberikan rangsangan yang sama
b.         Mepersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama”.
Media pembelajaran mempunyai banyak jenis dan ragam. Berdasarkan defenisi media yang sangat luas, para ahli mempunyai pandangan yang berbeda dalam mengelompokkan media. Menurut Taksonomi Briggs dalam Sadiman (2012:23) “media yang digunakan dalam proses belajar mengajar dikelompokkan menjadi 13 macam, yaitu: (1) objek, (2) model, (3) suara langsung, (4) rekaman audio, (5) media cetak, (6) pembelajaran terprogram, (7) papan tulis, (8) media transparansi, (9) film rangkai, (10) film bingkai, (11) film, (12) televise, dan (13) gambar”.
Sedangkan menurut Gagne dalam Sadiman (2012:23) “mengelompokkan media menjadi 7, yaitu: (1) benda yang bias didemonstrasikan, (2) komunikasi lisan, (3) media cetak, (4) gambar diam, (5) gambar gerak, (6) film bersuara, dan (7) mesin belajar”.
Penggunaan berbagai jenis media dalam belajar akan menghasilkan pengalaman belajar yang berbeda. Menurut Bruner (1966: 10-11) bahwa “ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial atau gambar (iconic) dan pengalaman abstrak (symbolic). Tingkat pengalaman belajar ikut dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan. Lebih lanjut tingkat tersebut terlihat melalui Dale’s of Experience berikut:

Konkrit

Abstrak
Gambar 1. Dale’s Cone Of Experience dalam Sadiman (2012: 8)
Dale’s Cone Of Experience mengelompokkan media berdasarkan pengalaman belajar yang dihasilkan. Berdasarkan gambar 1, semakin keatas jenis media pada kerucut tersebut maka pengalaman belajar yang dihasilkan semakin abstrak. Sebaliknya, semakin kebawah jenis media pada kerucut tersebut maka pengalaman belajar yang dihasilkan semakin konkrit.
Pentingnya pemilihan media pembelajaran merupakan suatu bagian yang tidak terlepas sebelum menggunakan media pembelajaran yang tepat. Agar penggunaan media sesuai dengan kebutuhannya, maka perlu diketahui kriteria pemilihan media dalam belajar.
Kriteria pemilihan media menurut Arsyad (2010:75) sebagai berikut:
1.    Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.    Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
3.    Praktis, luwes, dan bertahan.
4.    Guru terampil menggunakannya.
5.    Pengelompokan sasaran.
6.    Mutu teknis.

Bardasarkan uraian tersebut, pemilihan media yang baik dalam penelitian ini adalah:
a)    Sesuai dengan tujuan instruksional
b)   Bermanfaat bagi siswa
c)    Sesuai dengan karakteristik siswa
d)   Kualaitas teknis dan tampilan
e)    Efektivitas dalam jangka waktu yang lama.
6.  Software Festo Fluidsim
Gambar 2. Tampilan software Festo Fluidsim
Software Festo Fluidsim adalah perangkat lunak yang komprehensif untuk penciptaan, simulasi, intruksi dan studi elektro peneumatic, elektro hidrolik dan sirkuit digital. Semua fungsi program berinterksi dengan lancar, menggabungkan berbagai bentuk media dan sumber pengetahuan dengan cara yang mudah diakses. Festo Fluidsim menyatukan digram sirkuit editor intuitif dengan deskripsi rinci dari semua komponen, komponen foto, animasi tampilan sectional, dan video terurut. Oleh karena itu Festo Fluidsim sangat cocok tidak hanya digunakan dalam pelajaran tetapi juga sebagai program belajar sendiri. Inti dari simulasi ini tidak perlu takut perbandingan dengan program khusus yang lebih mahal.
Meskipun kompleks model fisik dan tempat prosedure matematika simulasi adalah sangat cepat. Software Festo Fluidsim ini mempunyai fasilitas yang dapat digunakan untuk:
a.    Mengenalkan simbol-simbol komponen peneumatic dan elektro peneumatic.
b.    Melihat Deskripsi dari komponen-komponen peneumatic dan elektro peneumatic.
c.    Melihat foto bentuk komponen sesuai dengan simbolnya.
d.   Menggambar rangkaian peneumatic dan elektro peneumatic.
e.    Menguji rangkaian peneumatic dan elektro peneumatic yang dibuat.
f.     Melihat simulasi dan proses kerja rangkaian peneumatic dan elektro peneumatic yang dibuat.
Langkah-langkah mengoperasikan software Festo Fluidsim adalah sebagai berikut :
1.      Buka aplikasi SoftwareFesto Fluidsim Yang sudah terinstal pada sebuah komputer
2.      Untuk memilih komponen-komponen pada sistem elektro peneumatic pilih pada menu My File
3.      Mengenal komponen-komponen yang dibutuhkan pada sebuah rangkaian sistem pengendali
4.      Mengenal simbol-simbol komponen pada sistem pengendali elektromagnetik dan untuk memulai sebuah rangkaian pilih pada menu File kemudian klik New
5.      Pilih komponen-komponen yang diperlukan pada sebuah rangkaian sistem pengendali elektromagtetik yang akan dibuat
6.      Hubungkan komponen-komponen yang telah dipilih dengan mengklik ujung-ujung komponen yang telah dipilih
7.      Setelah komponen-komponen sudah dihubungkan, kemudian Double klik pada komponen-komponen tersebut untuk memberi simbol
8.      Setelah semua komponen diberi simbol pastikan rangkaian yang dibuat sudah benar, kemudian rangkaian siap untuk dioperasikan, untuk mengoperasikannya klik Run pada bagian kiri atas.
9.      Operasikan rangkaian sesuai prosedur dengan menekan saklar (push button) maka, rangkaian akan beroperasi dan langsung disimulasikan
10.  Untuk menyimpan rangkaian yang sudah dibuat pilih pada menu File kemudian pilih Save as
7.    Media Model
Model merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil. Model mungkin sangat terperinci atau disederhanakan untuk tujuan pengajaran. Model bisa menyediakan pengalaman belajar yang objek riil tidak bisa lakukan. Menyediakan kumpulan model merupakan layanan standar dari sebagian besar pusat media. Misalkan model tersebut berbentuk model rakitan yaitu representasi yang disederhanakan dari perangkat yang rumit, umum ditemui dalam pendidikan kejuruan.
Dengan menyoroti unsur-unsur penting dan menghilangkan detail-detail yang mengalihkan perhatian, model berbentuk rakitan akan bisa memperjelas hal-hal yang kompleks. Biasanya pembelajaran model menggunakan metode demonstrasi, dimana merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah dan ekspositori, hanya saja frekuensi pembicara/guru  lebih sedikit dan siswa lebih banyak dilibatkan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berbentuk model adalah pembelajaran yang berpusat pada guru agar dapat menggunakan waktu dengan efisien. Dengan demikian materi pelajaran dapat disampaiakan lebih luas. Dalam pelaksanaannya untuk menjelaskan uraiannya, guru menggunakan alat-alat benda nyata dari sebuah materi pembelajaran yang disampaikan.
8.  Efektivitas Software Festo Fluidsim
Menurut Soemadi Suryabrata (2002: 8) efektivitas diartikan sebagai tindakan atau usaha yang membawa hasil. Keefektivan dapat juga dikatakan tercapainya sebuah tujuan untuk bidang tertentu. Berdasarkan kurikulum SMKN 1 Lembah melintang, pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar siswa, yaitu jika peserta didik mampu menyelesaikan, menguasai tiap-tiap indikator Kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran 70% dari seluruh tujuan pembelajaran. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 70% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut. Pelaksanaan penggunaan software Festo Fluidsim dalam pembelajaran peneumatic merupakan bagian dari keefektifan peningkatan kompetensi siswa.
Berdasarkan definisi efektivitas diatas maka penerapan media software Festo Fluidsim dalam pembelajaran peneumatic dapat diartikan sebagai keberhasilan yang dicapai setelah terjadinya proses penggunaan software Festo Fluidsim tersebut dan keberhasilan kelas tersebut dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan, menguasai tiap-tiap indikator Kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 70% dari seluruh tujuan pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 70% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
1.  Rudyk Widiyanto (2009) “Pemanfaatan program Festo Fluidsim untuk media pembelajaran”. Tugas Akhir Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan pada mata pelajaran Peneumatic di SMK Negeri 2 Kendal yang dijarkan tanpa media Festo Fluidsim dengan yang diajarkan menggunakan media Festo Fluidsim. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai rata-rata belajar kognitif mengalami peningkatan dari 66,67 pada siklus I menjadi 75,89 pada siklus II dan ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan dari 58,33 % pada siklus I menjadi 91,67 % pada siklus II ; (2). Hasil belajar efektif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,40 dengan ketuntasan secara klasikal 58,3%, meningkat menjadi 72,30 dengan ketuntasan secara klasikal 86,1 % pada siklus II.
2.  Dian Dwi, Adyatma (2013) “Efektivitas penggunaan Festo Fluidsim sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peneumatic siswa kelas XII di SMK muda Patria Kalasan”. Tugas Akhir Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran media Festo Fluidsim masuk dalam kriteria sedang yaitu dengan indeks normalized gain sebesar 0.36. Efektivitas media pembelajaran konvensional masuk dalam kriteria rendah yaitu dengan indeks normalized gain sebesar 0.03 dan peningkatan hasil belajar dengan media pembelajaran Festo Fluidsim lebih baik dibanding dengan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan media konvensional pada mata pelajaran peneumatic kelas XII SMK Muda Patria Kalasan.
C. Kerangka Konseptual
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi menjadikan SMK secara keseluruhan harus siap bersaing dan mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja.Desain pembelajaran diupayakan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif.Mata pelajaran MSPE merupakan mata pelajaran produktif yang kegiatan belajarnya bersifat teoritis dan aplikatif.Kendala yang dihadapi dalam membuktikan materi teoritis adalah kurangnya media pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran.Kondisi ini berakibat kegiatan belajar produktif bersifat verbal sehingga tujuan pembelajaran sulit tercapai.
Hasil belajar siswa ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu: karakteristik siswanya. Hasil  belajar dikatakan efektif apabila memenuhi syarat ketuntasan belajar, yaitu jika peserta didik mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mancapai tujuan pembelajaran minimal 75% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 70% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut.

Konsep pemikiran di atas digambarkan dalam bagan kerangka konseptual berikut:


Pembelajaran menggunakan Media Festo Fluidsim

Hasil belajar


Pembelajaran menggunakan Media sebelumnya

Hasil belajar


Perbandingan Hasil belajar

 




Gambar 3. Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan percobaan terhadap dua kelas. Kelas eksprimen merupakan kelas pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim pada mata pelajaran Mengoperasikan sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1 Lembah Melintang. Kelas kontrol merupakan kelas pembelajaran model sebelumnya pada mata pelajaran Mengoperasikan sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1 Lembah Melintang. Dimana kelas eksperimen atau kelas yang diberi perlakuan diharapkan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan kelas yang kontrol atau yang tidak diberi perlakuan.


D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori maka dapat dibuat hipotesis :
Ha   :    Hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim lebih tinggi dari media model nyata pada siswa kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik.

 BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Desain Penelitian
Menurut Sudjana (2001: 31) desain penelitian menunjukkan kerangka konseptual, sebagaimana eksperimen itu dilakukan. Desain penelitian memaparkan bagaimana masalah diteliti berdasarkan kerangka yang sistematis. Penelitian tentang Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan media software Festo Fluidsim dan model nyata pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik siswa kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain posttest control group design (Sugiyono, 2009:112). Penelitian yang dilakukan bersifat quasi eksperimen (eksperimen semu). Dalam penelitian ini siswa dibagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti ini adalah hasil belajar siswa menggunakan media .festo fluidsim lebih tinggi dibanding model nyata. Media pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif jika dalam penggunaannya kompetensi pembelajaran dapat dicapai. Perubahan tersebut dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa kelas XI TITL pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang di kategorikan ke dalam jenis eksperimen, karena tujuan dari penelitian ini untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilaksanakan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilakukan dengan menerapkan media festo fluidsim, sedangkan pada kelas kontrol dengan pembelajaran model nyata. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelompok
Treatment
Post Test
Eksperimen
X2
O1
Kontrol
X1
O2
            Sumber: Lufri, (2007)
Keterangan:
XI :    Pembelajaran dengan media model
X2            :     Perlakuan dengan pembelajaran media Festo Fluidsim
O1 :     Hasil belajar kelas eksperimen
O2 :     Hasil belajar kelas control

B. Definisi Operasional
1)   Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh tindakan atau usaha siswa kelas XI TITL di SMKN 1 Lembah Melintang untuk mendapatkan hasil, dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2)   Software Festo Fluidsim adalah salah suatu program aplikasi komputer yang diterapkan pada siswa kelas XI TITL kelas eksperiman di SMKN 1 Lembah Melintang sebagai media pembelajaran.
3)   Media Model merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil. Model bisa menyediakan pengalaman belajar yang objek riil tidak bisa lakukan yang diterapkan pada siswa kelas XI TITL kelas kontrol di SMKN 1 Lembah Melintang.
4)   Hasil belajar siswa kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang adalah indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional.
5)   SMK Negeri 1 Lembah Melintang adalah suatu lembaga pendidikan yang terletak di daerah Kuamang, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Lembah Melintang berlokasi di Kuamang Ujung Gading , Kecamatan Lembah melintang, , Kab. Pasaman Barat. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil tahun ajaran 2016 - 2017.
D. Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Negeri 1 Lembah Melintang yang mengikuti mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik sebanyak dua kelas dengan jumlah populasi siswa sebanyak 59 siswa.
2.  Sampel
Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi (Indriantoro, 1999: 115) yang karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TITL SMKN 1 Lembah Melintang yang mengikuti mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik, sebab menurut Arikunto (2004: 120) jika populasi dibawah 100 orang, maka keseluruhan populasi akan dijadikan sampel. Pada penelitian ini kelas eksperimen dan kontrol diambil dengan  teknik purposive random sampling yaitu mengambil siswa dalam kelas dengan pertimbangan peserta didiknya memiliki kemiripan pengetahuan sistem kontrol elektromegnetik. Dua kelas sebagai sampel penelitian, satu kelas digunakan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas yang lainnya sebagai kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini baik yang konvensional maupun yang menggunakan media pembelajaran berbasis komputer menggunakan alat pengumpulan data berbentuk tes. Tes yang dipakai adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-murid atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. Purwanto, (2006: 33).
Tes yang digunakan bertujuan untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa ranah kognitif untuk posttest, metode posttest dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, kelas eksperimen akan diberi perlakuan berupa media pembelajaran Festo Fluidsim dan kelas kontrol berjalan tanpa diberi perlakuan atau menggunakan media pembelajaran model, setelah itu kedua kelas tersebut diberikan posttest, posttest dilakukan sebanyak 1 kali setelah selesai dalam memberikan materi, soal posttest diambil dari kisis-kisi soal sesuai silabus, software Festo Fluidsim dan buku panduan peneumatic.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009: 102). Instrumen atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah test. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara-cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Soal tes disusun berdasarkan materi dan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan kurikulum. Penilaian yang digunakan dalam soal tes ini adalah apabila dapat dijawab dengan benar skornya 1, dan jika jawaban salah maka skornya 0.  Sebelum soal tes digunakan maka dilakukan ujicoba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda soal tersebut sesuai dengan kisi-kisi tes yang di ambil dari silabus.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data dalam penelitian sehingga lebih mudah diolah. Berikut langkah-langkah menyusun instrumen:
a.    Menetapkan variabel
Menetapkan sebuah obyek dalam penelitian yang memiliki ciri khusus serta memungkinkan untuk diobservasi dan diukur.


b.    Membuat definisi operasional variabel
Menjelaskan definisi dari kata-kata kunci yang terdapat dalam judul penelitian agar diperoleh kesamaan pengertian dan komunikasi ilmiah tanpa menmbulkan bias dan salah pengertian.
c.    Menyusun kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrumen diambil dari silabus kelas XI semester 1 mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik mengenai mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali elektromagnetik. Kisi-kisi tes dibuat dalam bentuk kolom, dipaparkan dari hal yang lebih luas ke hal yang lebih sempit maknanya. Soal posttest adalah setara, sehingga uji coba cukup dilakukan sekali untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen test. Kisi-kisi instumen posttest bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Kisi-kisi instrumen posttest berjumlah 45 soal
NO
Kompetensi Dasar
Indikator
Jumlah Item
1
Mengoperasikan mesin produksi dengan pengendali elektromagnetik
§ Rangkaian kendali DOL dijelaskan
5 item
§ Rangkaian kendali motor dari beberapa tempat dijelaskan
10 item
§ Rangkaian kendali berurutan dijelaskan
10 item
§ Rangkaian kendali motor AC 1 fasa dijelaskan
10 item
§ Rangkaian kendali dua arah putaran motor 1 fasa dijelaskan
10 item

d.   Menyusun instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes pilihan ganda. Soal tes disusun berdasarkan enam  komponen indikator pencapaian yang terdapat pada silabus kelas XI TITL semester 1 mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik. Macam tes dibuat dari yang mudah ke yang sulit untuk dapat menerapkan pemahaman yang runtut.
Posttest adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sesudah diberi perlakuan dalam pembelajaran sistem kendali elektromagnetik melalui media software festo fluidsim.
e.    Mengujicobakan instrumen
Untuk mendapatkan instrumen yang valid dan handal penelitian perlu dilakukan uji coba, pelaksanaannya adalah penentuan responden uji coba, pelaksanaan uji coba dan analisis uji coba instrumen.
Responden uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TITL A SMKN 1 Pariaman yang mengikuti mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik. Pelaksanaan uji coba dengan soal test pilihan ganda pada responden uji coba



G. Validasi dan Reliabilitas Instrumen
1.    Validitas instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 201), validitas adalah tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk menentukan validitas masing-masing soal tes, digunakan rumus korelasi biserial titik (rpbis) seperti yang diuraikan oleh Arikunto (2013:93) berikut :
                                                                                   

Keterangan :
γ pbi      = Koefisien korelasi biserial, dalam hal ini dianggap
                sebagai koefisien validitas item.
Mp       = Skor rerata hitung dari siswa yang menjawab betul
Mt       = Skor rerata dari skor total
St         = Standar deviasi dari skor total
p          = Proporsi siswa yang menjawab benar
q          = Proporsi siswa yang menjawab salah
Kriteria dalam pengujian validitas sebagai berikut :
rtabel atau rt pada taraf signifikasi 5 %,
jika γ pbi> rtabel dikatakan valid, dan γ pbi< rtabel dikatakan tidak valid.
Hasil perhitungan  dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment dengan signifikansi 5 %. Jika  kritis maka butir soal valid.
Selanjutnya instrumen yang sudah divalidasi di uji cobakan kesubyek survey dan untuk subyek survey uji coba instrumen dilaksanakan di SMKN 1 Lembah Melintang pada siswa kelas XI TITL yang mengikuti mata pelajaran mengoperasikan sitem pengendali elektromagnetik.
2.    Reliabilitas Instrumen
            Uji reliabilitas dilakukan untuk memperoleh gambaran kesenjangan suatu instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data. Realibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Seandainya terjadi perubahan hasil , perubahan itu dapat dikatakan tidak berarti (Suharsimi Arikunto, 2010: 213). Reliabilitas merupakan ketepatan suatu tes apabila dites kepada subyek yang sama. Realibilitas tes diukur dengan menggunakan metode kuder Richardson-20 (KR-20) seperti yang dikemukan Arikunto (2013:115) yaitu:
 ;                           
            Keterangan :
r11        =  Reliabilitas tes secara keseluruhan
p          =  Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q          =  Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
Ʃpq          =  Jumlah hasil perkalian p dan q
n          =  Banyaknya item
S          =  Standar deviasi dari tes
Sebagai tingkat realibilitas soal digunakan skala yang dikemukakan oleh Slameto (1991:215) yaitu:
Tabel 4. Klasifikasi Indeks Reliabilitas

Indeks Realibilitas
Klasifikasi
0,00 – 0,20
Sangat Rendah
0,21 – 0,40
Rendah
0,41 – 0,60
Sedang
0,61 – 0,80
Tinggi
0,81 – 1,00
Sangat Tinggi

3.    Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran (Suharsimi Arikunto, 2009: 208) :
P =
Keterangan :
P     = indeks tingkat kesukaran
B     = jumlah siswa yang menjawab benar
JS    = jumlah seluruh siswa peserta tes





Tabel 5. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai Indeks Kesukaran
Tingkat Kesukaran
0,00 < = P < = 0,30
0,31 < = P < = 0,70
0,71 < = P < = 1.00
Sukar
Sedang
Mudah

4.    Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suato soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
D     = Daya pembeda
J      = Banyaknya siswa
Ja    = Banyaknya siswa pada kelompok atas
Jb    = Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Ba   = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar
Bb   = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar
Menurut Arikunto (2009: 218), hasil perhitungan dikonsultasikan atau disesuaikan dengan klasifikasi daya pembeda :
Tabel 6. Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai
Tingkat Daya Pembeda
0,00 ≤ D ≤ 0,20
0,20 ≤ D ≤ 0,40
0,40 ≤ D ≤ 0,70
0,70 ≤ D ≤ 1,00
Negative
Jelek (poor)
Cukup (satisfactory)
Baik (good)
Sangat baik (excellent)
Sebaiknya dibuang saja

H.   Teknik Analisa Data
1.      Teknik Pendeskripsian data
Pendeskripsian data dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap populasi yang menyangkut variabel-variabel yang digunakan, berdasarkan data yang diperoleh. Data yang dideskripsikan adalah data kemampuan awal dan prestasi belajar dari masing-masing kelompok yang meliputi: jumlah siswa, rata-rata serta standar deviasi.
2.      Uji Persyaratan Analisis
Teknik analisis data yang dipakai adalah dengan menggunakan statistik uji-t. perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan kalkulator dan bantuan komputer program Microsoft Exel 2007 agar data yang diperoleh dapat dianalisis dengan analisis uji-t, maka sebaran data harus normal dan homogen. Untuk itu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas.
a.       Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data. Pada penelitian ini dilihat apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang diperoleh salah satunya dengan menggunakan rumus:
                                                     (Riduwan, 2006:125)
Keterangan:
X2 = Hasil perhitungan Chi Kuadrat
f0  = Frekuensi yang diobservasi
fe   = Frekuensi yang diharapkan
Harga Chi Kuadrat yang digunakan adalah taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk = k – 1  Kriteria uji normalitas, apabila x2hitung<x2tabel maka data tersebut berdistribusi normal, jika x2hitung>x2tabel maka data tersebut berdistribusi tidak normal.
b.      Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah pasangan data yang akan diuji perbedaannya mewakili variansi yang tergolong homogen (tidak berbeda). Hal ini dilakukan karena untuk menggunakan uji beda, maka varians dari kelompok data yang akan diuji harus homogen. Untuk menguji homogenitas varians tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
                             (Sudjana, 2005:249)

Keterangan :
                  F          = Koefisien Ftes
                         = Variansi kelompok 1 (yang besar)
                         = Variansi kelompok 2 (yang kecil)

Selanjutnya nilai F yang diperoleh dibandingkan terhadap Ftabel. Kriteria pengujiannya adalah  dengan membandingkan Fhitung< Ftabel. Jika  Fhitung< Ftabel,  maka varians dinyatakan homogen dan sebaliknya  jika Fhitung> Ftabel,  maka variansnya tidak homogeny. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan n– 1.


3.      Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata. Hasil uji normalitas dan homogenitas menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu: jika data terdistribusi normal dan dua kelompok data homogen, maka dalam pengujian hipotesis statistik digunakan uji- t. Menurut Sudjana (2005: 241), rumus yang dapat digunakan adalah:
                        (Sudjana, 2005: 241)
Keterangan:
t           = Nilai t yang dihitung
      = Nilai rata-rata kelas eksprimen
      = Nilai rata-rata kelas kontrol
S1        = Standar deviasi kelas eksprimen
S2        = Standar deviasi kelas  kontrol
S          = Standar deviasi gabungan
n1           = Jumlah siswa kelas eksprimen
n2         = Jumlah siswa kelas kontrol

Nilai t hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai t tabel. Adapun ketentuan untuk penerimaan hipotesis penelitian adalah:
1.      Ho diterima apabila harga t hitung (th) lebih kecil daripada t tabel (tt)  atau thitung< ttabel , dan sekaligus menolak Ha.
2.      Ho ditolak apabila harga t hitung (th) lebih besar daripada t tabel (tt), dan sekaligus menerima Ha.

HaTerdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang  menggunakan media festo fluidsim dengan dengan hasil belajar yang menggunakan model nyata.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi  Data Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Lembah Melintang Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) di kelas XI tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran MSPE. Objek pada penelitian ini adalah kelas XI TITL 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI TITL1 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan media pembelajaran Festo Fluidsim sedangkan pada kelas kontrol dengan model nyata. Kemudian kedua objek penelitian diberikan posttest dengan bentuk dan jumlah soal yang sama, sehingga di dapat data hasil dari penelitian.
Tabel 07. Rata – Rata Persentase Ketuntasan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
JumlahSiswa

Jumlah Siswa Mencapai KKM
Persentase Ketuntasan
Eksperimen
29
79,14
23
79,3 %
Kontrol
30
73,33
13
43,3 %

Text Box: 45Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran MSPE pada kelas eksperimen dengan menggunakan media pembelajaran Festo Fluidsim  memiliki nilai rata-rata dan persentase ketuntasan lebih tinggi dari pada pada kelas kontrol dengan model nyata.


1.     Data hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan menerapkan media pembelajaran Festo Fluidsim.
Data hasil belajar berupa nilai untuk masing-masing siswa pada kelas eksperimen yang berjumlah 29 orang pada mata pelajaran MSPE Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Litrik Semester I tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang diajar menggunakan media Festo Fluidsim sebanyak 29 orang kelas  XI TITL 2. Setelah diperoleh nilai post-test, maka terlihat bahwa nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah 95 dan nilai terendah 67,5 ( lihat lampiran 17). Jumlah nilai keseluruhan untuk siswa yang berjumlah 29 orang adalah 2295 dengan nilai rat-rata 79,14 dan standar deviasi 6,49. Untuk lebih lengkapnya rentang interval skor data nilai hasil postest MSPE Kelas Eksperimen dapat dilihat pada Tabel 08. berikut dan juga dapat dilihat pada lampiran 18.
Tabel 08. Distribusi data  post-test kelas eksperimen
Kelas interval
Interval nilai
F
nilai tengah (Xi)
Xi²
f . Xi
f . Xi²
1
65.00 - 69.00
2
67
4489,00
134,00
8978,00
2
70.00 - 74.00
4
72
5184,00
288,00
20736,00
3
75.00 - 79.00
6
77
5929,00
462,00
35574,00
4
80.00 - 84.00
11
82
6724,00
902,00
73964,00
5
85.00 - 89.00
4
87
7569,00
348,00
30276,00
6
90.00 - 94.00
1
92
8464,00
92,00
8464,00
7
95.00 - 99.00
1
97
9409,00
97,00
9409,00







 Jumlah
29


2323,00
187401,00
           
Untuk lebih jelasnya dapat di gambar dengan grafik histogram skor postest kelas eksperimen.
Gambar 4. Grafik Histogram Skor Postest Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel distribusi data postest dan grafik histogram skor postest kelas eksperimen terlihat berbagai nilai yang cukup bervariasi. Dimana nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 95 sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 67,5 dengan jumlah siswa pada kelas eksperimen yaitu 29 orang.
2.    Data hasil belajar siswa kelas kontrol dengan menerapkan media pembelajaran model nyata.
Data hasil belajar berupa nilai untuk masing-masing siswa pada kelas kontrol yang berjumlah 30 orang pada mata pelajaran MSPE Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik Semester I tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang diajar menggunakan model nyata sebanyak 30 orang kelas  XI TITL 1. Setelah diperoleh nilai postest, maka terlihat bahwa nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah 87,5 dan nilai terendah 65 ( lihat lampiran 17). Jumlah nilai keseluruhan untuk siswa yang berjumlah 30 orang adalah 2200 dengan nilai rat-rata 73,33 dan standar deviasi 6,67.. Untuk lebih lengkapnya rentang interval skor data nilai hasil postest MSPE Kelas Kontrol dapat dilihat pada Tabel 09 berikut dan juga dapat dilihat pada lampiran 19.
Tabel 09. Distribusi data post-test kelas kontrol
Kelas interval
Interval nilai
F
nilai tengah (Xi)
Xi²
f . Xi
f . Xi²
1
65.00 - 69.00
8
67
4489,00
536,00
35912,00
2
70.00 - 74.00
9
72
5184,00
648,00
46656,00
3
75.00 - 79.00
7
77
5929,00
539,00
41503,00
4
80.00 - 84.00
3
82
6724,00
246,00
20172,00
5
85.00 - 89.00
3
87
7569,00
261,00
22707,00
 Jumlah
30


2230,00
166950,00

Untuk lebih jelasnya dapat di gambar dengan grafik histogram skor postest kelas kontrol
Gambar 5. Grafik Histogram Skor Post-test Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel distribusi data postest dan grafik histogram skor postest kelas kontrol terlihat berbagai nilai yang cukup bervariasi. Dimana nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik yaitu 87,5 sedangkan nilai terendah yang diperoleh peserta didik yaitu 65 dengan jumlah peserta didik pada kelas kontrol yaitu 30 orang.
B.     Uji Persyaratan Analisis
1.      Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji asumsi bahwa data-data yang terdapat dalam satu penelitian berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (  data untuk setiap variabel penelitian dapat dikatakan terdistribusi normal apabila nilai  dengan taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran 19). hasil Perhitungan uji Normalitas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Uji Normalitas Kelas Eksperimen XI TITL 2 dan Kelas Kontrol XI TITL 1
No
Kelas
N
1
Eksperimen XI TITL 2
29
3,05
9,49
2
Kontrol XI TITL 1
30
4,91
7,82

Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa harga Chi Kuadrat dari kelas eksperimen sebesar 3,05 dengan dk = 5 - 1, kemudian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dibandingkan dengan Chi Kuadrat Tabel pada taraf signifikansi  0,05, maka didapat harga  Chi Kuadrat Tabel sebesar 9,49 dengan demikian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dari perhitungan, nilainya dibawah harga Chi Kuadrat Tabel = 3,05 ≤ 9,49. Jadi, dapat disimpulkan hasil postest kelas Eksperimen XI TITL 2 dalam Penelitian Ini berkontribusi Normal.
Selanjutnya kelas kontrol nilai Chi Kuadrat hitung sebesar 4,91  dengan dk = 4 - 1, kemudian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dibandingkan dengan Chi Kuadrat Tabel pada taraf signifikansi  0,05, maka didapat harga  Chi Kuadrat Tabel sebesar 7,82 dengan demikian harga Chi Kuadrat yang diperoleh dari perhitungan, nilainya dibawah harga Chi Kuadrat Tabel = 4,91 ≤ 7,82 Jadi, dapat disimpulkan hasil postest kelas kontrol XI TITL 1 dalam Penelitian Ini berkontribusi Normal.
2.      Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki varians yang homogen atau tidak, dilakukan dengan uji F yaitu varians terbesar dibagi dengan varians terkecil. Hasil perhitungan untuk uji homogenitas  dapat dilihat pada Tabel 11 juga dapat dilihat pada (lampiran 20).
Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.
Kelas
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Eksperimen

0,05

1,03

1,89

Homogen
Kontrol

Pengambilan kesimpulan digunakan kriteria pengujian jika Fhitung ≥ Ftabel berarti tidak homogen, dan jika Fhitung ≤ Ftabel berarti homogen. Maka dari tabel di atas diperoleh Fhitung≤ Ftabel  atau 1,03≤  1,89 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sampel memiliki varians yang homogen.
Setelah dilaksanakan uji normalitas dan uji homogenitas dan diperoleh data hasil postest pada mata pelajaran MSPE adalah berdistribusi normal dan kedua sampel memiliki varians yang homogen maka dapat dilanjutkan untuk pengujian hipotesis.
C.    Uji Hipotesis
Analisa pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji  t. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Hasil Uji Persamaan Rata – rata Post-test
Kelas
N
thitung
Ttabel
Kesimpulan
Eksperimen X TITL 2
29
79,14

3,398

1,672

Ha diterima
Kontrol X TITL 1
31
73,33

Sesuai dengan kriteria pengujian, jika   pada taraf signifikan 0,05 dengan dk = n+ n2 – 2, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika   pada taraf signifikan 0,05 dengan  dk = n+ n2 – 2,  maka Ho diterima dan Ha ditolak. berdasarkan uji t diperoleh   atau 3,398 pada taraf signifikan 0,05, dengan dk = n1 + n2- 2 = 29 + 30 – 2 = 57. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi perlakuan media pembelajaran Festo Fluidsim dengan hasil belajar siswa dengan  diberikan perlakuan model nyata pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali elektromagnetik (MSPE) kelas XI TITL di SMK Negeri 1 Lembah Melintang Kab. Pasaman Barat. Dimana hasil belajar siswa yang diberi perlakuan media pembelajaran Festo Fluidsim memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak diberi media pembelajaran Festo Fluidsim.
D.    Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian eksperimen ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol bertolak dari kondisi awal yang sama. Kondisi awal yang berarti bahwa kondisi kedua kelas sama-sama dilihat dari nilai UH pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik pada masing-masing siswa. Dari nilai UH tersebut, maka dilakukan analisis data apakah kedua kelas bisa digunakan sebagai subjek penelitian pada mata pelajaran MSPE. Setelah dilakukan analisis data maka yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI TITL1 sebagai kelas kontrol dan siswa kelas XI TITL2 sebagai kelas eksperimen di SMK Negeri 1 Lembah Melintang Pasaman Barat.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua kelas bertolak pada titik yang sama. Oleh karena itu, untuk kegiatan penilaian selanjutnya kedua kelas dapat diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan  menerapkan media pembelajaran Festo Fluidsim dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menerapkan model nyata. Setelah dilakukan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas sampel maka diakhir pembelajaran dilakukan posttest.
Dari hasil posttest didapatkan nilai tertinggi kelas eksperimen 95 dengan rata-rata 79,14 sedangkan untuk kelas kontrol nilai tertinggi 87,5 dengan rata-rata 73,33. Sebelum nilai posttest dianalisis untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah diketahui data berdistribusi normal dan kedua sampel memiliki varians yang homogen maka pengujian hipotesis dapat dilakukan.
Perbedaan hasil belajar antara kedua kelas disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan menerapkan media pembelajaran Festo Fluidsim dalam proses pembelajaran. Dengan penerapan media pembelajaran Festo Fluidsim siswa dituntut untuk lebih aktif karena adanya pemberian tugas individu dalam penyelesaian soal-soal yang diajukan. Disamping itu media pembelajaran Festo Fluidsim ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat langsung simulasi rangkaian kendali, simbol-simbol rangkaian kendali, mengujicobakan rangkaian kendali pada software festo fluidsim, saling berbagi ilmu dalam suatu kegiatan kelompok, dan menimbulkan ide-ide baru dari topik yang sudah disediakan.
            Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian Rudyk Widiyanto (2009) “Pemanfaatan program Festo Fluidsim untuk media pembelajaran pada mata pelajaran Peneumatic di SMK Negeri 2 Kenda. Hasil penelitian Dian Dwi, Adyatma (2013) “Efektivitas penggunaan Festo Fluidsim sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peneumatic siswa kelas XII di SMK muda Patria Kalasan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan media pembelajaran Festo Fluidsim dapat meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas secara signifikan.
Media pembelajaran Festo Fluidsim ini merupakan salah satu media pembelajaran berbasis komputer, dan merupakan media yang baik untuk permulaan bagi para guru mata pelajaran mengoperasikan sistem pengendali elektromagnetik yang menggunakan media konvesional dan juga merupakan media tentang simulasi rangkaian kendali, jika siswa menginginkan mencoba membuat sendiri rangkain kendali pada software festo fluidsim ini diberikan kesempatan, siswa yang sudah bisa harus membantu teman sekelompoknya dalam memahami tata letak komponen, simbol-simbol, dan cara membuat sebuah rangkaian  pada topik yang telah ditentukan dan mensimulasikannya.